Pola kemitraan antara petani dan swasta yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan) berkontribusi terhadap neraca perdagangan. Ini seperti ekspor pisang hasil kolaborasi Koperasi Tani Hijau Makmur dengan PT Great Giant Pineapple di Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Ketua Kelompok Tani Hijau Makmur, M. Nur Sholeh, menyatakan, pisang mas yang diproduksinya telah diekspor ke berbagai negara. Singapura, Timur Tengah, dan China, misalnya.
"Sekarang ini satu hektare (ha) areal tanam mencapai 1.300 pohon. Ke depan, akan ditingkatkan mencapai 2.000 pohon," ucapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (26/8).
Ekspor pisang imbas program kemitraan petani dan korporasi tersebut berjalan sejak 2018. Realisasinya kini mencapai 200 ha lebih dan melibatkan 234 petani dari tujuh kelompok tani (poktan) di delapan kecamatan se-Tanggamus.
Pisang mas mulai berproduksi pada usia sembilan bulan pertanaman dan bisa dipanen delapan kali. Panen berikutnya per empat bulan. Pada awal panen, satu tandan bisa memiliki berat 10 kilogram (kg) dan menjadi 11-16 kg di periode berikutnya.
Nur mengungkapkan, jika satu tandan pisang dihargai Rp2.500 per kg atau mendatangkan omzet Rp160 juta per ha, maka nilainya berlipat saat harga dalam bentuk kemasan siap ekspor dari koperasi sebesar Rp6.500 per kg. "Ini lebih baik dari pada bertani singkong," ungkapnya.
Meski demikian, baru seperlima permintaan ekspor ke Singapura yang dapat dipenuhi petani Tanggamus. Karena itu, Direktorar Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementan kembali mengalokasikan pengembangan kawasan pisang di Tanggamus seluas 200 ha pada 2020. Harapannya, lokasi kawasan komersial berbasis ekspor terus bertumbuh.
Dirjen Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, menerangkan, kerja sama perusahaan dan koperasi berbasis perjanjian kontrak. Skemanya, petani menjual produk kepada koperasi dan kemudian dipasarkan kepada perusahaan mitra.
Anton, sapaannya, melanjutkan, petani mendapatkan keuntungan lebih dalam kerja sama tersebut. Kepastian harga, pembinaan budi daya, pengawalan mutu produksi, dan memperluas pemasaran.
"Melalui pola kemitraan pisang mas dari Kabupaten Tanggamus telah berkontribusi terhadap peningkatan ekspor pisang segar Indonesia," sambungnya.
Sementara itu, Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura, Liferdi Lukman, berjanji, pihaknya akan terus mendoronf dan meningkatkan kesejahteraan petani. Melalui program kemitraan, salah satunya.
Upaya ini ditindaklanjuti dengan pembentukan kebun buah dan florikultura berskala luas dan terintegrasi dengan swasta. Sekalipun kepemilikan lahan rakyat kecil, keuntungan berlipat tetap dirasakan kala pengelolaannya dilakukan secara profesional.
"Harapan ke depannya, model kemitraan ini akan mampu menjadi pendorong bagi ekspor berkelanjutan komoditas hortikultura, yang berdampak pada peningkatan perekonomian Indonesia melalui penambahan neraca ekspor," tutup Liferdi.