close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
IDEAS memproyeksikan Iduladha 2023 memiliki potensi ekonomi kurban bagi Indonesia sebesar Rp24,5 triliun. Dokumentasi Pemkot Pekalongan
icon caption
IDEAS memproyeksikan Iduladha 2023 memiliki potensi ekonomi kurban bagi Indonesia sebesar Rp24,5 triliun. Dokumentasi Pemkot Pekalongan
Bisnis
Kamis, 29 Juni 2023 11:28

IDEAS: potensi ekonomi kurban Indonesia Rp24,5 triliun pada 2023

Angka ini turun dibandingkan 2022, yang diestimasikan mencapai Rp24,3 triliun dari 2,17 juta pekurban.
swipe

Potensi ekonomi kurban Indonesia pada 2023 diperkirakan mencapai Rp24,5 triliun. Angka ini berasal dari 2,08 juta umat Islam yang akan berkurban (shahibul qurban) pada tahun ini.

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono, mengatakan, proyeksi tersebut turun tipis dibandingkan 2022, yang diestimasikan mencapai Rp24,3 triliun dari 2,17 juta pekurban. Penurunan sekitar 90.000 pekurban pada 2023.

Menurutnya, penurunan tersebut imbas resesi global yang melemahkan pemulihan ekonomi pascapandemi. "Melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga pangan dan energi, yang antara lain terlihat dari rendahnya inflasi saat Ramadan dan Idulfitri," katanya dalam keterangannya, Kamis (29/6).

Berdasarkan analisis IDEAS, diperkirakan ada 2,08 juta keluarga muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi menjadi shahibul qurban pada 2023. Kebutuhan hewan kurban terbesar adalah kambing dan domba sekitar 1,23 juta ekor, sedangkan sapi dan kerbau sekitar 505.000 ekor.

"Dengan asumsi berat kambing-domba antara 20-80 kilogram (kg) dengan berat karkas 41% serta berat sapi-kerbau antara 250-750 kg dengan berat karkas 57%, maka potensi ekonomi kurban 2023 dari sekitar 1,74 juta hewan ternak ini setara dengan 103.000 ton daging," tuturnya.

Lebih jauh, Yusuf menerangkan, Indonesia mengalami kesenjangan konsumsi makanan yang lebar sejak lama. Ini berakar dari kesenjangan pendapatan.

Kesenjangan dalam konsumsi makanan terlihat jelas dari jenis makanan penting, seperti daging, yang harganya mahal. Dengan demikian, masyarakat kelas bawah tidak mampu menjangkaunya.

"Pada 2022, rata-rata penduduk di persentil tertinggi atau 1% kelas terkaya mengonsumsi 5,31 kg daging kambing dan sapi per kapita per tahun, 294 kali lebih tinggi dari rata-rata penduduk di persentil terendah atau 1% kelas termiskin yang hanya mengonsumsi 0,02 kg daging per kapita per tahun," paparnya.

Ia melanjutkan, kesenjangan konsumsi daging bakal semakin buruk imbas resesi global yang kian terasa. Karenanya, perayaan Iduladha, yang ditandai dengan kurban, menjadi berarti bagi si miskin.

"Kurban berpotensi besar memperbaiki akses kelompok miskin pada pangan penting yang harganya mahal ini. Akses yang lebih merata akan menurunkan tingkat ketimpangan konsumsi daging," ucapnya.

Menurut Yusuf, terdapat peluang besar menurunkan ketimpangan konsumsi daging dalam Idulkurban. Namu, terjadi jika distribusi daging kurban difokuskan kepada kelompok masyarakat dengan konsumsi daging terendah.

"Pada 2022, diidentifikasi setidaknya terdapat 74,2 juta orang mustahik yang merupakan kelompok dengan konsumsi daging terendah. Karenanya, [mereka] paling berhak menerima daging kurban," ujarnya

img
Fatah Hidayat Sidiq
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan