Saham-saham emiten yang menjadi portofolio investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT ASABRI (Persero) tercatat mengalami penurunan kinerja. Salah satunya adalah saham milik PT PP Properti Tbk. (PPRO) yang sejak awal tahun hingga hari ini (year-to-date/ytd) terkoreksi 17,6% ke level Rp56 per saham dari Rp68.
Dalam laporan bulanan registrasi pemegang efek per 31 Desember 2019, Jiwasraya diketahui memiliki 8,51% saham di PPRO atau setara dengan 5,2 miliar lembar saham. Sementara, Asabri diketahui memiliki sejumlah 5,33% saham atau setara dengan 3,2 miliar lembar saham.
Direktur Keuangan PPRO Indaryanto mengatakan manajemen PPRO tidak mengetahui bahwa saham mereka dimiliki oleh Jiwasraya dan Asabri. Menurut Indaryanto, begitu Jiwasraya dan Asabri memegang saham PPRO, hal tersebut akan otomatis mengikuti mekanisme pasar dan di luar kuasa manajemen.
"Waktu saham kami naik, kami tidak tahu apakah yang menaikkan itu Jiwasraya dan ASABRI. Yang jelas kami sempat menikmati kenaikan saham ini, terutama investor retail kami," kata Indaryanto di Jakarta, Senin (20/1).
Indaryanto melanjutkan, bagi manajemen PPRO yang terpenting saat ini adalah berusaha memberikan fundamental dan kinerja yang baik. Setiap tahun, kata Indaryanto, ada untung dan dividen yang bisa dibagi ke pemegang saham.
"Kami punya keyakinan, kami punya banyak landbank 300 hektare (ha) dan proyek, artinya bisnis kami jalan terus. Enggak ada yang takut dengan sahamnya kita," tutur Indaryanto.
Sementara, Heads of Lots Services Lotus Andalan Sekuritas Krishna Dwi Setiawan melihat dengan saham PPRO yang menjadi portofolio bagi Jiwasraya dan ASABRI, saham ini masih agak dihindari oleh investor.
"Investor akan beralih ke saham properti lain seperti BSDE, CTRA, SMRA," kata Krishna ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (20/1).
Namun, Krishna melanjutkan, apabila kondisi fundamental anak usaha dari PT PP ini membaik, maka investor akan mengabaikan kasus Jiwasraya dan ASABRI.
"Sampai fundamental itu bisa berbalik, investor belum akan melirik saham PPRO lagi. Investor akan cenderung melirik saham properti lain yang bebas masalah juga," tutur Krishna.
Adapun PPRO hingga kuartal III-2019 mencatatkan laba sebesar Rp210,5 miliar, menurun 31% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp305,82 miliar. Sementara, pendapatan usaha perseroan tercatat turun 24,7% menjadi Rp1,37 triliun, dari Rp1,82 secara year-on-year.
Sementara Price to Earning Ratio (PER) PPRO tercatat berada pada rasio 8,78 kali, dengan imbal hasil minus 61,78%. Dengan harga saham PPRO yang berada di level Rp56 per saham saat ini, Krishna melihat saham PPRO memang berada di harga wajarnya.
"Dengan faktor negatif, fundamental belum kembali pulih, saat ini lebih menarik saham lain yang bebas masalah," ujar Krishna.