Presiden Joko Widodo memuji keberhasilan kolaborasi pengusaha besar dan petani. Salah satunya kolaborasi berupa pendampingan pengusaha kepada petani yang mampu menekan impor jagung sangat signifikan.
Presiden menyebut pendampingan terhadap petani jagung di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pendampingan itu berdampak pada peningkatan produktivitas petani sekaligus dapat menekan impor jagung Indonesia.
Impor jagung Indonesia yang sebelumnya mencapai 3,5 juta ton per tahun, kata Jokowi, dalam 7 tahun berturut turut semakin menurun hingga 800 ribu ton per tahun. Karena petani jagung mendapat pendampingan.
Penurunan impor itu terjadi karena produktivitas jagung naik tinggi. "Biasanya 1 hektare hanya 4 ton, sekarang 1 hektare bisa 8 ton. Cost produksi paling Rp1.800-1.900, itu yang saya tahu waktu saya ke Dompu," kata Presiden saat meluncurkan Gerakan Kemitraan Inklusif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Naik Kelas di Smesco, Jakarta, Senin (3/10).
Yang menggembirakan, kata Presiden, harga jual jagung bisa Rp3.800 per kilogram. Untungnya sudah 100%. Karena itu, Presiden mendorong hal serupa dikembangkan ke komoditas lain. Tidak hanya di jagung.
"Harusnya produk-produk lain, komoditas yang lain harus bisa didampingi dengan pola yang sama. Kalau jagung bisa, mestinya padi juga bisa, singkong juga bisa, porang juga bisa, kopi juga bisa, semua," ujarnya.
Presiden menegaskan, pembinaan juga harus dilakukan kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), seperti pengemasan produk dan penjenamaan yang baik. Dengan pembinaan itu, Presiden berharap produk hasil dari para UMKM dapat naik kelas hingga pasar internasional.
"Sentuhan-sentuhan seperti itu yang kita harapkan dan kalau bisa pasarnya tidak hanya pasar lokal, tidak hanya pasar domestik, tetapi bisa dibawa untuk pasar ekspor. Ini yang kita harapkan," tutur Jokowi.