Perusahaan pelat merah PT Pertamina (Persero) mencatatkan kinerja positif dengan lonjakan produksi gas hingga 55% dalam tiga bulan.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menjelaskan, kinerja positif sepanjang kuartal I/2018 sebesar 923 barel ekuivalen minyak per hari (milion barrel oil of equivalent per day/MBOEPD).
Jumlah tersebut terdiri dari 386 juta barel per hari (MBOPD) minyak dan 3.115 juta standar kaki kubik per hari (milion standard cubic feet per day/MMSCFD).
Dia menjelaskan, produksi minyak mengalami kenaikan 14% (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan periode yang sama 2017, yang terealisasi 337 MBOPD. Sedangkan, produksi gas naik sebesar 55% yoy dibandingkan tahun lalu sebesar 2.007 MMSCFD.
Menurutnya, capaian kinerja hulu yang positif tersebut merupakan kerja keras seluruh insan Pertamina dalam upaya meningkatkan produksi. "Pertamina mencatat kinerja hulu yang menggembirakan sepanjang triwulan pertama tahun ini," katanya dilansir Antara, Senin malam (28/5).
Di sektor panas bumi (geothermal), lanjut Syamsu, badan usaha milik negara (BUMN) minyak dan gas itu juga menunjukkan kinerja positif. Pada triwulan pertama 2018, produksi panas bumi setara listrik mencapai 959 GWh atau naik tipis sebesar 1% dibandingkan realisasi triwulan pertama 2017 sebesar 949 GWh.
Sementara, kapasitas terpasang panas bumi Pertamina hingga triwulan pertama 2018 mencapai 617 MW atau masih sama dengan posisi pada 2017. "Saat ini, proyek geothermal Lumut Balai Unit 1 dalam tahap EPC dan dijadwalkan onstream pada triwulan empat 2018," katanya.
Lebih lanjut Syamsu menjelaskan, sejumlah program prioritas sektor hulu pada 2018. Di sisi produksi, program prioritasnya antara lain mempertahankan produksi migas Blok Mahakam dengan mengembangkan Lapangan Tunu Shallow Phase 4, Handil Phase 5, dan Tambora Phase 5.
Selain itu menaikkan produksi Lapangan Banyu Urip, menekan tingkat penurunan dengan mengebor 108 sumur, well services, termasuk program reaktivasi lapangan serta optimalisasi operasi panas bumi Ulubelu, Kamojang, dan Lahendong.
Proyek-proyek hulu yang menjadi program prioritas pada 2018 antara lain panas bumi Karaha dan Lumut Balai, gas Jambaran Tiung Biru, dan pengembangan proyek PIEP PLN Phase IV untuk menambah produksi migas dari internasional.
Terkait akuisisi migas, Syamsu mengatakan, pemerintah telah memutuskan 100% hak kelola atau participating interest blok migas terminasi pada 2018 kepada Pertamina yakni Tuban, Ogan Komering, NSO, Sangasanga, Attaka, East Kalimantan, OSES, dan Tengah.
"Proses alih kelola blok terminasi termasuk operasi dan sumber daya manusia sudah berjalan dengan lancar," kata Syamsu.