close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Komisaris Utama Antam Fachrul Razi (ketiga kiri) berbincang dengan Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo (ketiga kanan) didampingi (dari kiri) Anggota Komisari Zaelani, Bambang Gatot Ariyono, Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito, Direktur
icon caption
Komisaris Utama Antam Fachrul Razi (ketiga kiri) berbincang dengan Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo (ketiga kanan) didampingi (dari kiri) Anggota Komisari Zaelani, Bambang Gatot Ariyono, Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito, Direktur
Bisnis
Jumat, 13 April 2018 04:11

Produksi smelter Antam di Kalbar bakal diekspor ke China

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) akan mengekspor 50% hasil produksi smelter grade alumina refinery (SGAR) ke China.
swipe

Emiten pelat merah PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) akan mengekspor 50% hasil produksi smelter grade alumina refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, ke China.

Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan 50% hasil produksi dari pabrik pemurnian alumina itu bakal diekspor ke China yang akan diserap oleh China Aluminium Company (Chinalco).

Tidak hanya untuk pasar ekspor, sebanyak 50% hasil produksi smelter itu juga bakal diserap oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), sebagai induk usaha Antam. Inalum merupakan holding company Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pertambangan.

Saat ini, Antam tengah mempercepat pembangunan pabrik SGAR Mempawah agar dapat beroperasi pada 2021. Padahal, Menteri BUMN Rini Soemarno memerkirakan proyek itu baru akan rampung pada 2021.

Pada akhir April ini, emiten berkode saham ANTM tersebut bakal menyelesaikan studi kelayakan bisnis (bankable feasibility studies). Kemudian, pembebasan lahan ditargetkan bakal rampung pada Juni 2018.

Nantinya, smelter SGAR Mempawah diproyeksi dapat menghasilkan 1 juta ton aluminium oksida atau alumina per tahun. Alumina tersebut merupakan hasil pengolahan dan pemurnian bijih bauksit menjadi bahan baku untuk pembuatan aluminium, sesuai kebutuhan Inalum dan Chinalco.

"Diperkirakan hasil produksi sekitar 50% akan diserap oleh PT Inalum selaku induk usaha Antam, dan 50% diserap oleh Chinalco," ujarnya, seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan di Hotel Bordobudur, Jakarta (12/4).

Saat ini, bauksit menjadi komoditas utama ketiga terbesar bagi Antam, setelah feronikel dan emas. Hingga kini, seluruh bijih bauksit Indonesia di ekspor ke luar negeri, di antaranya ke Jepang dan China. Sementara, alumina sebagai bahan baku untuk pembuatan aluminium, harus diimpor oleh Inalum dari negara lain seperti Australia, Cina, dan India.

Pembangunan proyek SGAR diharapkan bisa meningkatkan nilai tambah produk tambang Indonesia. Kemudian mengurangi impor alumina, menciptakan lapangan kerja baru, serta berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah.

Sebagai informasi, proyek pembangunan smelter tersebut diperkirakan menelan investasi senilai US$670 juta. Pabrik pemurnian ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi 2 juta ton SGA per tahun secara bertahap.

Proyeksi investasi tersebut lebih rendah dari perkiraan awal senilai US$1,5 miliar-US$1,8 miliar. Pembangunan pabrik pemurnian itu dilakukan oleh Inalum, Antam, dan Chinalco.

Antam memiliki cadangan terbukti bauksit (bahan baku alumunium) sebanyak 100 juta ton ditambah potensi yang ada di area konsensi sekitar 200 juta ton. Cadangan bauksit Indonesia adalah terbesar ke-8 dunia sedangkan nilai ekspornya peringkat kedua terbesar.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan