close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga desa melakukan proses pemerasan batang tebu untuka dijadikan gula di agrowisata Bulak Barokah, Desa Langgongsari, Cilongok, Banyumas, Jateng, Kamis (15/11)./AntaraFoto
icon caption
Warga desa melakukan proses pemerasan batang tebu untuka dijadikan gula di agrowisata Bulak Barokah, Desa Langgongsari, Cilongok, Banyumas, Jateng, Kamis (15/11)./AntaraFoto
Bisnis
Jumat, 23 November 2018 18:55

Produktivitas perkebunan tebu hanya 68,29 ton

Pemerintah harus membantu para petani dan pabrik-pabrik penggilingan gula nasional dalam memperbaiki praktik-praktik budidaya tebu
swipe

Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA) 2018, produktivitas perkebunan tebu di Indonesia hanya mencapai 68,29 ton per hektar pada 2017. 

Jumlah ini lebih rendah daripada negara-negara penghasil gula lainnya, seperti Brasil yang sebesar 68,94 ton per hektar dan India yang sebesar 70,02 ton per hektar dalam periode yang sama.

Produktivitas gula nasional sendiri sangat tergantung pada pembenahan dari sisi perkebunan (on farm) dan non-perkebunan (off farm). "Dari sisi on farm, produktivitas perkebunan tebu sendiri ditentukan oleh kesuburan tanah, ketersediaan tenaga kerja, sistem irigasi dan penerapan teknologi," ujar Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi dalam diskusi publik bertema 'Perlunya Perubahan Kebijakan Perdagangan Gula di Indonesia' di Hotel Aston at Kuningan Suites, Jakarta Selatan, Jumat (23/11). 

Sedangkan, dari sisi 'off farm',  tingkat rendemen pabrik penggilingan gula di Indonesia hanya mencapai 7,50% pada 2017/2018. Angka ini lebih rendah daripada negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand, dan Australia yang tingkat rendemennya masing-masing mencapai 9,20%, 10,70%, dan 14,12%. 

"Usia pabrik penggilingan tebu di Indonesia berkontribusi pada rendahnya tingkat rendemen mereka. Dari 63 pabrik di negara ini, sekitar 40 di antaranya berusia lebih dari 100 tahun, dan yang tertua mencapai 184 tahun," jelasnya.

Selain karena usia pabrik penggilingan tebu yang kebanyakan sudah tua, nilai rendemen juga dipengaruhi oleh kualitas tebu, waktu potong yang diperlukan, dan kualitas manajemen mesin pabrik. 

Peningkatan nilai rendemen dapat dilakukan, salah satunya melalui efisiensi pabrik gula. Untuk itu diperlukan upaya nyata untuk merevitalisasi pabrik gula yang ada di Indonesia. Pabrik gula di Indonesia umumnya sudah berusia ratusan tahun karena sudah beroperasi sejak zaman pendudukan Belanda di Indonesia. Selain itu, petani juga butuh ketersediaan benih dan pupuk yang berkualitas baik.

Untuk itu, pemerintah harus membantu para petani dan pabrik-pabrik penggilingan gula nasional dalam memperbaiki praktik-praktik budidaya tebu yang mereka lakukan serta melakukan investasi terhadap pengembangan teknologi industri gula.

Bantuan yang dimaksud harus disertai dengan target yang jelas dan spesifik terhadap peningkatan produktivitas dan perbaikan tingkat rendemen sesuai dengan tujuan pemerintah baik dari sisi on farm maupun off farm. 

"Tanpa adanya target yang jelas dan spesifik, bantuan tersebut tidak akan memberikan manfaat yang berarti dan akibatnya, harga gula akan terus meningkat dan merugikan konsumen," tutupnya

img
Soraya Novika
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan