close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto dokumentasi MIND ID.
icon caption
Ilustrasi. Foto dokumentasi MIND ID.
Bisnis
Selasa, 09 Januari 2024 15:50

Menakar prospek industri pertambangan di 2024

Harga sejumlah komoditas pertambangan diprediksi akan beragam tahun ini. Bagaimana prospeknya?
swipe

Harga sejumlah komoditas pertambangan diprediksi akan beragam tahun ini. Perusahaan di bawah BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID menargetkan kenaikan kinerja di tahun ini. 

PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) mematok target bisa mengerek kinerja hingga 10% di tahun ini. Sekretaris Perusahaan MIND ID, Heri Yusuf mengatakan kenaikan itu ditopang oleh kebijakan hilirisasi nikel yang diyakini akan berdampak positif untuk jangka panjang. “Permintaan nikel diharapkan akan meningkat," ujar Heri, dikutip Selasa (9/1). 

Selain itu, harga emas di 2024 disebut cukup menjanjikan. Hal itu didorong oleh ekspektasi bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya di Maret semakin meningkat setelah serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah. Begitu pula dengan data ekonomi negara ekonomi utama lainnya, seperti Uni Eropa dan Inggris.

"Harapan investor pada siklus pemangkasan suku bunga oleh bank sentral dunia sangat mendukung harga emas sepanjang 2024. Dengan naiknya harga emas, maka pendapatan dari penjualan emas Antam akan ikut meningkat," ujarnya.

Heri optimistis kinerja emiten yang mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan ticker ANTM ini akan positif pada 2024. Apalagi, emas merupakan instrumen safe haven yang menarik. Sebab, investor akan memilih mengoleksi emas apabila ada kekhawatiran di tahun politik.

Perusahaan lain, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menargetkan kapasitas kereta api (KA) batu bara mencapai 52 ton pada 2024. Saat ini, PTBA telah mengoperasikan dua jalur KA batu bara, yakni Tanjung Enim-Tarahan berkapasitas 25 juta ton per tahun, dan Tanjung Enim-Kertapati berkapasitas 7 juta ton per tahun. Total dua jalur tersebut mencapai 32 juta ton per tahun.

"Peningkatan target ini dilakukan sejalan dengan naiknya produksi," kata Heri. 

Pada 2024, PTBA mengembangkan satu jalur KA batu bara tambahan rute Tanjung Enim-Keramasan berkapasitas 20 juta ton per tahun. Jalur baru ini diharapkan dapat beroperasi pada kuartal IV-2024.

Adapun untuk target jangka panjang, PTBA akan menambah rute KA batu bara rute Tanjung Enim-Perajen berkapasitas 20 juta ton per tahun. Rencananya, proyek ini beroperasi pada kuartal III-2026.

Heri menyebut, kapasitas produksi batu bara terus meningkat secara bertahap. Per September 2023, PTBA memproduksi batu bara 31,9 juta ton, naik 15% secara tahunan alias year on year (yoy) dari 27,7 juta ton per September 2022.

Kenaikan sebesar 15% yoy juga terjadi pada volume penjualan batu bara yang hampir mencapai 27 juta ton dari sebelumnya 23,5 juta ton. Volume angkutan kereta api juga naik 12% menjadi 23,7 juta ton dari sebelumnya 21,1 juta ton.

Sampai akhir 2023, PTBA menargetkan produksi batu bara 41 juta ton. "Selama tiga tahun terakhir, produksi batu bara perusahaan memang cenderung naik.," katanya. 

Adapun PT Timah Tbk. (TINS) menargetkan pendapatan dan laba pada 2024 lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya. Guna memenuhi target, perusahaan menaikkan target volume produksi lebih tinggi dari pencapaian 2023.

Hingga September 2023, TINS mencatat pendapatan sebesar Rp6,4 triliun yang menghasilkan earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) sebesar Rp708,1 miliar dengan rugi tahun berjalan sebesar Rp87,4 miliar. Dari sisi produksi, perusahaan menargetkan capaian yang sama dengan target 2023, termasuk rencana kerja produksi dan volume produksi.

TINS menargetkan produksi bijih timah sebesar 26.100 ton di 2023, sedangkan penjualan logam timah ditargetkan sebesar 27.400 ton. Hingga kuartal III-2023, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 11.201 ton. Jumlah ini baru tercapai 77% dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14.502 ton.

Produksi logam timah sebesar 11.540 metrik ton atau tercapai 82% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14.130 metrik ton. Adapun penjualan logam timah telah tercapai sebesar 11.100 metrik ton atau sekitar 72% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 15.325 metrik ton.

Heri menyebut perusahaan menerapkan beberapa strategi untuk mencapai target pada 2024. Yakni, dengan menambah produksi kapal isap terutama dari kapal isap mitra, melakukan kegiatan penambangan yang selama 2023 belum terealisasi, menggunakan teknologi pengolahan yang lebih advance, serta penambahan kapasitas di tambang primer di wilayah Bangka Tengah, Paku, Pemali, dan Batu Besi. Strategi lainnya adalah dengan menambang di wilayah yang overlap antara Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Hak Guna Usaha (HGU) pertambangan.

Lalu, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) membidik kenaikan produksi menjadi 274.000 ton aluminium pada 2024. Target ini meningkat dari produksi saat ini yang mencapai 250.000 ton.

Untuk meningkatkan kapasitas produksi, PT Inalum melakukan pengembangan pabrik pengolahan atau smelter dengan beberapa mitra potensial dan melakukan studi kelayakan. Dalam lima tahun mendatang, PT Inalum menyusun rencana untuk memproduksi hingga 900.000 ton aluminium per tahun.

Dalam kurun waktu itu pula perusahaan mengejar pemenuhan bahan baku aluminium atau alumina mencapai dua hingga tiga juta ton. Sejauh ini, pangsa pasar domestik masih diprioritaskan di tengah upaya pemerintah melakukan transisi energi lebih ramah lingkungan, seperti mobil listrik, panel surya, energi baru terbarukan (EBT) lainnya. 

Lain lagi dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) yang menerapkan strategi mengajukan relaksasi ekspor konsentrat tembaga seiring berakhirnya izin pada Mei 2024. Menurut Heri, smelter tembaga PTFI di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik baru beroperasi pada akhir Mei 2024. Smelter ini baru bisa mencapai kapasitas penuh (ramp-up) pada Desember 2024.

Dengan demikian, fasilitas smelter yang baru belum akan bisa menyerap seluruh produksi konsentrat tembaga. "Perpanjangan izin ekspor diperlukan sebab ada potensi konsentrat tembaga yang tidak terserap," kata Heri. 

Relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga setelah Mei 2024 diperlukan karena ketidakmampuan smelter dalam negeri menyerap seluruh produksi berpotensi menimbulkan penumpukan stok. Selain itu, akan berakibat pada penurunan kapasitas produksi konsentrat maupun bijih.

Hingga November 2023, kemajuan smelter PTFI sudah mencapai lebih dari 83%. Sebelumnya, PTFI telah mengantongi izin ekspor konsentrat tembaga pada 24 Juli 2023, sehingga mampu mengekspor sebanyak 1,7 juta ton konsentrat tembaga hingga Mei 2024 mendatang.

Nikel tertekan

Kepala Riset  PT Samuel Sekuritas Indonesia Prasetya Gunadi memperkirakan harga nikel global akan tertekan pada 2024 hingga 2025. Turunnya harga dipicu oleh melimpahnya pasokan, terutama dari Indonesia akibat peningkatan kapasitas smelter nikel di Indonesia.

"Kami memperkirakan harga nikel global akan turun menjadi US$18.500 per ton pada tahun 2024 dan US$18,000 per ton pada tahun 2025," ujar Prasetya, dalam market outlook. 

Surplus pasokan juga terjadi di pasar tembaga global di 2024, sedangkan di 2025 diperkirakan akan berubah menjadi defisit. Diprediksi, pasokan tembaga global tidak akan mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam jangka panjang lantaran berkurangnya cadangan dan kadar bijih yang lebih rendah.

Di sisi lain, permintaan tembaga diramal akan mengalami pertumbuhan pesat seiring peralihan dunia dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.

"Untuk emas akan diuntungkan karena sikap The Fed yang kurang hawkish dan menyebabkan pelemahan dolar AS. Selain itu, ketidakpastian global setelah perang Israel-Hamas mungkin akan mendorong investor untuk beralih ke aset-aset safe haven, termasuk emas," lanjutnya.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan