Memasuki triwulan keempat (Q4) 2021, harga timah berada pada level tertinggi, yakni di US$37.760 per metrik ton. Katalis yang memengaruhi kenaikan harga timah tersebut antara lain, karena meredanya tingkat kasus Covid-19 yang mendorong pemulihan ekonomi global yang memicu aktivitas industri dan manufaktur ikut kembali bangkit.
Sebagai komoditi yang banyak diaplikasikan dalam industri dan manufaktur, tentunya permintaan timah juga ikut naik. Di saat bersamaan, krisis energi yang melanda dunia saat ini turut mendongkrak kenaikan harga dasar untuk semua lini dari hulu hingga hilir, termasuk timah, dimana kenaikan terjadi mulai dari sisi penambangan, operasi produksi hingga biaya logistik karena menggunakan minyak mentah dalam prosesnya. Kedua katalis utama inilah yang memicu harga timah terus melaju positif sepanjang tahun ini.
Harga timah ICDX ini kembali berhasil mencapai di atas harga London Metal Exchange (LME) yang hingga Selasa (12/10), berada di US$37.755 per metrik ton. Hingga kuartal III-2021, ICDX mencatatkan total ekspor timah sebesar 22.084,31 metrik ton, dengan total nilai lebih dari Rp9,7 Triliun.
Jumlah ini melebihi transaksi pada semester-I lalu. Menunjukkan bahwa kinerja ekspor timah terus meningkat didorong oleh kembali dibukanya kegiatan ekonomi negara tujuan ekspor, dan meningkatnya produksi smelter.
“ICDX optimis harga timah akan terus menunjukkan penguatan hingga akhir 2021. Dengan mandat yang dimiliki sebagai wadah perdagangan untuk ekspor timah, ICDX akan terus mengupayakan agar salah satu komoditas strategis Indonesia ini dapat menjadi sentra acuan bagi pelaku pasar global sehingga tidak perlu bergantung pada pasar di luar negeri. Dengan demikian, Indonesia dapat mendominasi dan berdaulat atas timah sebagai komoditas tidak terbarukan ini,” kata Kepala Logistik ICDX Bambang Setioso, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/10).
Kenaikan harga timah ICDX juga diikuti dengan kenaikan kontrak timah tujuan ekspor (TINPB) yang tercatat naik rata-rata 61%, dan kontrak timah tujuan dalam negeri (LTINPB) tercatat naik rata-rata 78% pada kuartal III-2021.
Melihat hal tersebut, Research & Development ICDX memproyeksikan harga timah hingga akhir tahun berpotensi menyentuh level resistance di kisaran US$39.000-US$40.000 per metrik ton dan level support di kisaran harga US$35.000-US$34.000 per metrik ton.
Berdasarkan data United States Geological Survey (USGS) 2021, Indonesia menguasai 18,43% cadangan timah dunia, kedua terbesar setelah China. Tidak hanya itu, Indonesia juga berada pada urutan kedua sebagai negara produsen timah terbesar yakni 24,51%. Hal ini menunjukkan pentingnya Indonesia sebagai pengekspor timah terbesar di dunia, dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak signifikan pada industri timah global jika timah diperdagangkan secara terstruktur di sumbernya. Kebutuhan timah yang semakin meningkat dan semakin kuatnya pengaruh pasar timah Indonesia secara global akan mendorong akselerasi ekonomi Indonesia dan kedaulatan komoditasnya.