close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kompleks PT Smelting di Gresik, Jatim. Dokumentasi Mitsubishi Materials Southeast Asia
icon caption
Kompleks PT Smelting di Gresik, Jatim. Dokumentasi Mitsubishi Materials Southeast Asia
Bisnis
Minggu, 20 Februari 2022 15:40

PT Smelting kembali berekspansi, investasinya capai US$231 juta

PT Smelting telah melakukan ekspansi sebanyak empat kali dalam rangka peningkatan kapasitas produksi.
swipe

PT Smelting kembali berekspansi untuk produk tembaganya hingga 30%. Dengan demikian, kapasitas produksinya meningkat dari 300.000 ton menjadi 342.000 ton katoda tembaga per tahun.

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan, nilai investasi dari ekspansi PT Smelting kali ini mencapai US$231 juta. Ditargetkan pembangunannya rampung pada akhir 2023.

Dia menjelaskan, PT Smelting telah melakukan ekspansi sebanyak empat kali dalam rangka peningkatan kapasitas produksi. Kapasitas produksi katoda tembaga PT Smelting mulanya sebesar 200.000 ton per tahun.

Ekspansi pertama dilakukan pada 1999 dengan menambah kapasitas produksi katoda tembaga menjadi 255.000 ton per tahun. Kemudian, pada 2001, ditingkatkan lagi menjadi 270.000 ton. Ekspansi ketiga, pada 2009, menambah kapasitas menjadi 300.000 ton per tahun.

"PT Smelting yang didirikan sejak tahun 1996 di Gresik. Ini menjadi pembangunan refinery mineral yang pertama di Indonesia. Dengan ekspansi ini, PT Smelting juga menjadi pabrik smelter tembaga yang pertama dan satu-satunya di Indonesia," paparnya dalam keterangan resminya, Minggu (20/2).

Selama ini, PT Smelting mengolah konsentrat tembaga hasil tambang PT Freeport Indonesia di Papua. PT Smelting mempunyai tiga pabrik, terdiri dari pabrik peleburan (smelter), pabrik pemurnian (refinery), dan pabrik asam sulfat.

Melalui pembangunan pabrik baru PT Smelting ini, Agus mengatakan, pengolahan 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun akan meningkat kapasitasnya menjadi 1,3 juta ton konsentrat per tahun.

"Dengan kontribusi dari perusahaan refinery lainnya yang memiliki kapasitas serapan konsentrat 2 juta ton, maka di Gresik ini akan menghasilkan total serapan konsentrat 3,3 juta ton. Artinya, Gresik ini akan menjadi wilayah sentra hilirisasi tembaga," jelasnya.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menambahkan, kebijakan hilirisasi mineral berdampak positif pada penerimaan devisa dari ekspor.

Menurutnya, ekspor besi baja Indonesia pada 2021 mencapai US$20,8 miliar. Pendapatan ini naik hingga 20 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya ekspor bahan mentah nikel dengan pendapatan US$1 miliar.

"Ekspor ini menjadi bagian yang berkontribusi menciptakan neraca dagang yang positif. Oleh karena itu, pemerintah berupaya bahwa kebijakan hilirisasi terus berjalan dan tidak ada lagi hambatan untuk ekspor," ucapnya. 

img
Anisatul Umah
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan