Puan sebut pelemahan rupiah akan kerek harga kedelaiNilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah dalam beberapa hari terakhir bahkan nyaris menyentuh Rp16.000/US$. Sejumlah pengamat menilai, pelemahan karena faktor eksternal, khususnya kekhawatiran meluasnya konflik Hamas-Israel, sehingga pelaku pasar cenderung keluar dari aset berisiko.
Ketua DPR, Puan Maharani, pun meminta pemerintah melakukan antisipasi mengingat pelemahan rupiah bakal mengerek kenaikan harga kedelai. "Pemerintah dapat mempertimbangkan kebijakan yang mengendalikan impor barang-barang yang sensitif terhadap nilai tukar rupiah," ucapnya dalam keterangannya, Selasa (24/10).
Menurut data Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), harga kedelai di tingkat pengrajin naik dan berimbas terhadap harga tahu tempe di pasaran. Harga jual potongan kecil tempe dan tahu berkisar Rp2.500-Rp3.000, sedangkan potongan lebih besar Rp4.000-Rp5.000.
Indonesia masih bergantung dengan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional. Sayangnya, merujuk data Ditjen Tanaman Pangan Kementan, produksi nasional dalam 5 tahun terakhir hingga 2021 terus menurun ke 215.019 ton, sedangkan kebutuhan nasional melonjak hingga 2,7 juta ton pada tahun yang sama.
Puan lantas mendorong pemerintah memberikan bantuan kepada petani kedelai agar produksi melonjak. Apalagi, kedelai bukan hanya sebagai bahan baku tempe dan tahu, melainkan pembuatan kecap dan pakan ternak.
"Ibu-ibu pasti merasakan dampaknya karena biasanya tahu tempe disajikan sebagai makanan sehari-hari. Kalau harganya naik, pengeluaran rumah tangga juga akan naik. Perekonomian keluarga ikut berpengaruh," tuturnya.
Lebih jauh, Puan menerangkan, harga komoditas lain juga naik, seperti cabai, sehingga berdampak terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Nahas, para pedagang makanan tidak bisa serta merta menaikkan harga dagangannya lantaran bisa memengaruhi psikologi pembeli.