Malaysia sedang bersiap untuk bergabung dengan kelompok negara berkembang BRICS, kata Perdana Menteri Anwar Ibrahim dalam sebuah wawancara dengan media China Guancha.
Kelompok negara BRICS awalnya mencakup Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa), yang gabungannya menjadi akronim.
Tahun lalu, BRICS mulai memperluas keanggotaannya untuk menantang tatanan dunia yang didominasi oleh perekonomian Barat. Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Mesir, Argentina, dan Uni Emirat Arab bergabung dan lebih dari 40 negara menyatakan minatnya.
“Kami sudah mengambil keputusan, kami akan segera menerapkan prosedur formalnya, kami tinggal menunggu hasil akhir dari pemerintah di Afrika Selatan,” kata Anwar, menurut video wawancara yang diposting Guancha pada Minggu (16/6).
Perwakilan dari kantor Anwar pada hari Selasa (18/6) membenarkan komentarnya kepada Reuters. Namun, saat wawancara, dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang proses lamaran tersebut.
Komentar Anwar muncul menjelang kunjungan tiga hari Perdana Menteri China Li Qiang pada pekan ini, sebagai bagian dari perayaan 50 tahun hubungan diplomatik antara Malaysia dan China.
Malaysia dan China diperkirakan menandatangani beberapa kesepakatan selama kunjungan Li, termasuk memperbarui perjanjian kerja sama perdagangan dan ekonomi yang berdurasi lima tahun.
Dalam wawancaranya, Anwar mengatakan kebangkitan China memberi secercah harapan bahwa terdapat checks and balances di dunia. Ia juga memuji Presiden China Xi Jinping karena mengakui pentingnya melestarikan nilai-nilai Asia.
“Ketika saya pertama kali bertemu Presiden Xi Jinping, saya tertarik padanya karena Presiden Xi adalah salah satu dari sedikit pemimpin terkemuka yang berbicara tentang peradaban. Dalam arti tertentu, dia unik,” katanya seperti dikutip Al Jazeera.
Pemimpin Malaysia ini juga membidik “narasi Barat” yang menurutnya terlalu berfokus pada serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
“Orang terus membicarakan tanggal 7 Oktober, dan itu membuat saya kesal. Apakah Anda ingin menghapus 70 tahun sejarah dengan hanya membicarakan satu peristiwa? Ini adalah narasi Barat. Anda tahu, ini adalah masalah yang terjadi di Barat. Mereka ingin mengontrol wacana tersebut, tapi kami tidak bisa lagi menerimanya karena mereka bukan lagi kekuatan kolonial dan negara-negara merdeka seharusnya bebas berekspresi,” kata Anwar, menurut Guancha.(reuters,aljazeera)