PUPR serap ribuan ton karet untuk campuran aspal
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menyerap karet alam sebanyak 2.542,2 ton untuk menjadi bahan pencampuran aspal.
Aspal yang dicampurkan dengan karet tersebut kemudian akan digunakan untuk kebutuhan pembangunan jalan sepanjang 65,8 kilometer (km) yang tersebar di sembilan provinsi. Terdiri dari ruas jalan di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jambi, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, nantinya aspal bercampur karet ini dikhususkan untuk memperbaiki atau menambal jalan beraspal yang rusak.
"Program kami itu dengan panjang jalan sekitar 65 km menyerap sekitar 2.500 ton karet alam. Dan itu diminta diperbesar oleh Pak Menko Perekonomian (Darmin Nasution)," ujarnya di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (6/3).
Basuki menjelaskan, panjang jalan yang diperbaiki oleh Kementerian PUPR itu merupakan pencobaan awal dari potensi penggunaan karet bercampur aspal. Terdapat potensi pada jalan nasional sepanjang 47.000 km.
"Sedangkan di jalan kota/kabupaten itu ada potensi sepanjang 500.000 km. Itu potensi yang akan kita pakai campuran dengan karet (ke depannya)," kata dia.
Volume kandungan karet yang diperlukan dalam campuran aspal yakni sebanyak 7%.
"Tapi pencampuran ini tidak bisa langsung dari karet alam, itu harus diubah jadi crumb rubber (serbuk karet)," katanya.
Dengan penggunaan karet ini, jika berdasarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) Kementerian PUPR menunjukkan ketahanan jalan semakin meningkat. Meski di sisi lain, ongkos yang dibayarkan relatif lebih mahal hingga 15% dibandingkan dengan pembangunan jalan tanpa aspal campuran karet.
"Beda 10% sampai 15% lebih mahal sedikit tapi mutunya lebih baik. Keausan lebih rendah. Kalau memakai spesifikasi yang benar pasti bisa bertahan sampai sekitar 10 tahunan, sama (seperti biasa) tapi lebih rapat," katanya.
Nantinya pembangun jalan dengan aspal campuran karet ini akan diintensifkan ke daerah-daerah.
Untuk itu, Basuki mengusulkan pembangunan jalan di daerah menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK).
"Kalau tadi ada Dirjen Bangda (Pembangunan Daerah) saya usulkan dari dana DAK yang jalan. DAK untuk jalan akan kita beri NSPM untuk melaksanakan perbaikan jalan kabupaten provinsi," ucapnya.
Industri vulkanisir
Sementara itu, industri ban vulkanisir diyakini mampu meningkatkan harga komoditas karet lokal yang saat ini tengah mengalami penurunan.
Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Azis Pane menjelaskan, ban vulkanisir adalah ban yang diukir ulang tapaknya untuk kemudian digunakan kembali.
"Yang paling cepat menyerap produksi karet itu adalah ban, kalau sandal dan sepatu itu hanya seberapa. Tapi kalau ban kan terus-terusan berganti, kalau tidak ganti kendaraan bisa bahaya. Oleh karena itu, industri ban ini yang diperhatikan," ujarnya usai menggelar rapat koordinasi dengan Menko Perekonomian Darmin Nasution di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (6/3).
Rata-rata kebutuhan karet pada ban vulkanisir saat ini masih berkisar 96.000 ton-100.000 ton per tahun. Padahal, menurutnya, potensi penyerapan tersebut masih bisa berkembang lebih besar.
Oleh sebab itu, upaya tepat yang dapat diambil pemerintah untuk mendorong perbaikan di industri ban vulkanisir ialah dengan melakukan pelatihan bagi para pekerjanya demi meningkatkan kualitas dan kapasitas produksinya. Saat ini sistem ini mulai berjalan, salah satunya di Kota Sukabumi.
Aziz meyakini, dengan program ini penyerapan karet di industri tersebut akan semakin meningkat hingga 120.000 ton untuk tahun ini. Sedangkan untuk tahun depan ditargetkan bisa mencapai 150.000 ton.
"Itu masih hitungan kasar, karena kita akan mapping dulu, pembenahan data," katanya.
Berdasarkan proyeksi Kementerian Perhubungan kebutuhan karet alam di sektor transportasi mencapai 460.000 ton per tahun untuk ban kendaraan bermotor dan 110.000 ton per tahun untuk ban vulkanisir.
Selain itu, karet alam juga telah digunakan untuk bantalan rel kereta api terdiri dari rubber pad 771.333 kilogram (kg) per lima tahun, jembatan kereta api 387.602 kg per lima tahun, jalan layang kereta api 9.405 kg per lima tahun, stasiun 32.275 kg per lima tahun, dan sintetis 25.000 kg per lima tahun.
Di tambah lagi, komoditas ini juga telah dimanfaatkan untuk akses jalan keluar dan masuk pelabuhan penyeberangan, perkerasan jalan pabrik, dan perkerasan ada trestel dan causway.
Selanjutnya, digunakan untuk perkerasan pada area kendaraan siap muat, traffic cone, serta pagar pengaman jenis roller barrier, water barrier, dan concrete barrier.