Jenama tas asal Bandung, Jawa Barat, Elizabeth telah eksis selama enam dekade. Brand fesyen lokal legendaris itu sanggup bertahan di tengah persaingan bisnis yang kian ketat.
Merek ini didirikan dengan modal awal Rp10.000, yang digunakan untuk membeli mesin jahit dan satu sepeda kumbang guna berjualan keliling pada tahun 1963 oleh pasangan suami-istri Elizabeth Halim dan Handoko Subali.
Tas pertama yang diproduksi adalah tas travel. Produk ini sangat memuaskan, mendapatkan permintaan yang tinggi dan diterima pasar dengan sangat baik. Kini, brand Elizabeth sudah bertahan lebih dari 60 tahun dengan menghasilkan produk fesyen yang lebih beragam, yakni tas wanita, sepatu, baju, hingga koleksi pria dan anak, dan telah memiliki pabrik di Cimahi, Jawa Barat, serta 98 cabang di seluruh Indonesia.
Dengan tagline yang diusung Elizabeth dalam berbisnis, yaitu 'Empowering Women with Style', Elizabeth memberdayakan sekitar 800 karyawan di pabrik yang mayoritas adalah perempuan.
“Selain itu, terdapat lebih dari 1.000 karyawan di gerai offline yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia,” tutur Resti Ghita Pribadi, Brand Manager Elizabeth, Senin (24/6).
Merek lain, Flashy juga sanggup bertahan 25 tahun. Flashy konsisten menghadirkan koleksi tas multifungsi dan affordable. Berawal dari tantangan pribadi dalam mencari tas yang unik namun ringan di kantong, Windy Wulandry memutuskan mendirikan brand lokal Flashy pada tahun 1998 di Bandung.
“Awalnya saya fokus memproduksi tas sesuai dengan permintaan pelanggan yang saat itu masih terbatas teman dan kerabat. Seiring berjalannya waktu, saya sadar untuk menggaet pasar yang lebih luas, Flashy harus punya signature style yang dapat membedakan dengan brand lain,” tutur Windy.
Setelah melakukan riset pasar, Windy memutuskan untuk menggunakan parasut sebagai material utama tas Flashy. Selain sifat yang versatile, harga bahan parasut juga terjangkau dan cocok dengan target pasar saat itu, yaitu murid Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga kuliah.
Hampir semua bahan baku Flashy berasal dari Indonesia, khususnya Jawa Barat seperti Cigondewah, Tamim, dan Otista. Untuk mengembangkan bisnis dan mewujudkan misi membantu komunitas sekitar, Flashy memberdayakan puluhan penjahit dan perajin dari Jawa Barat dan sekitarnya.
Tak gagap teknologi
Flashy mengikuti perkembangan zaman dan memanfaatkan tekonologi yang makin berkembang. Pada tahun 2019, merek ini mulai bergabung di platfom belanja online Tokopedia.
“Selain efisiensi dalam hal biaya operasional, Tokopedia juga membantu kami meningkatkan penjualan dan memperluas pasar, khususnya melalui berbagai kampanye,” kata Windy.
Flashy rutin mengikuti sejumlah kampanye, seperti Waktu Indonesia Belanja (WIB), Cantik Fest, Parade Diskon, PayDay Sale, dan Beli Lokal. Tokopedia menyumbang hingga 80% dari total omzet Flashy secara online.
Selain itu, Flashy aktif membuat video di TikTok untuk meningkatkan awareness, memberikan edukasi dan hiburan pada target pasar yang disasar. Flashy juga memanfaatkan ShopTokopedia di aplikasi TikTok untuk mempermudah pengikut TikTok Flashy berbelanja produk. Lewat ShopTokopedia, Flashy bisa menjangkau konsumen dengan usia yang lebih muda, serta mendapatkan insight yang berharga guna pengembangan produk lebih lanjut.
Keberadaan platform digital juga dimanfaatkan oleh Elizabeth. Apalagi saat dihadapkan pada badai pandemi. Saat itu, operasional Elizabeth tutup total dan penjualan turun drastis.
“Keberadaan platform digital, seperti Tokopedia, menjadi penyelamat perusahaan bahkan membuat penjualan online naik berkali-kali lipat. Alhasil, kami berhasil mempertahankan seluruh karyawan,” ujar Resti.
Elizabeth juga memanfaatkan berbagai kampanye dan fitur Tokopedia, seperti Waktu Indonesia Belanja dan Voucher Toko, untuk mendongkrak penjualan. Selain itu, Elizabeth juga aktif membuat konten promosi di TikTok demi meningkatkan penjualan di ShopTokopedia.
“Kami terus beradaptasi dan lebih fleksibel dalam pemanfaatan teknologi untuk menjaga eksistensi Elizabeth di masyarakat,” ujar Resti.
Les Catino, brand tas lokal yang hadir di Indonesia sejak 1992 juga memanfaatkan platform digital untuk menjajakan produknya. Direktur Les Catino, Jason Marcel Chendrawan mengatakan performa bisnis naik selama memanfaatkan fitur Shopee Live.
Tercatat transaksi naik hingga lebih dari 60 kali lipat di semester awal 2024, yang mendorong perluasan jangkauan bisnis hingga mampu membuka peluang dan lapangan pekerjaan untuk orang sekitar.
"Kehadiran fitur Shopee Live telah mentransformasi cara kami dalam berbisnis. Sebagai brand lokal yang selalu ingin menghadirkan tren terbaru untuk konsumen, Shopee Live menjadi wadah yang menjembatani kami dengan kebutuhan dan keinginan pasar, bahkan berhasil membangun loyalitas yang kuat," katanya.
Shopee Live merupakah fitur interaktif untuk menghubungkan lebih dekat para pengguna melalui pengalaman belanja penuh interaksi dan konten visual.