close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Dokumentasi Kementerian Perindustrian.
icon caption
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Dokumentasi Kementerian Perindustrian.
Bisnis
Minggu, 07 November 2021 17:29

Raksasa gula UEA akan berinvestasi US$2 miliar di Indonesia

AKS bakal membenamkan investasi US$2 miliar atau sekitar Rp28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia.
swipe

Produsen gula terbesar di Uni Emirat Arab (UEA) Al Khaleej Sugar (AKS) tertarik berinvestasi untuk memproduksi gula dengan kapasitas sekitar 750 ribu ton gula per tahun dengan nilai investasi US$2 miliar. 

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengungkapkan, produsen gula terbesar di kawasan Timur Tengah dan lima besar dunia. AKS bakal membenamkan investasi sebesar US$2 miliar atau sekitar Rp28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia.

"AKS akan berinvestasi pabrik gula terintegrasi di Indonesia. Selain memproduksi gula, AKS juga rencananya memproduksi bioetanol dan listrik dari biomassa," ungkap Agus dalam keterangan tertulis, Minggu (7/11).

Agus menyatakan, Kementerian Perindustrian akan kerja sama dengan kementerian lain untuk menjajaki peluang investasi tersebut terkait energi dan pemenuhan lahannya. 
Selain itu, politikus Partai Golkar itu berharap, penanaman modal perusahaan gula asal Dubai bakal menjadi pelatuk industri gula nasional lebih efisien pada masa depan.

"AKS akan mengembangkan fabrikasi etanol dari gula. Etanol tersebut pun diharapkan dapat menjadi sumber bahan bakar alternatif," bebernya.

Upaya ini, kata dia, sejalan dengan tren pengurangan emisi karbon yang membuat sejumlah negara memutar otak untuk mencari sumber energi yang lebih bersih.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan, bahwa negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil. 

Menurutnya, pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi.

Selain sebagai bahan bakar, lanjut Agus, etanol gula juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi. 

"Dalam konteks ini, impor gula bisa ditekan dan bahkan ke depan berpeluang berkurang sekitar 750.000 ton per tahun," tandas dia.

Agus menuturkan terdapat beberapa cara untuk mengurangi impor gula, di antaranya dengan menyiapkan lahan perkebunan tebu dan mendorong proses transformasi digital.

"Kebutuhan gula nasional sekitar 6,7 juta ton, Kehadiran AKS di Indonesia Insyaallah dapat membantu memenuhi kebutuhan gula nasional," tuturnya.

img
Davis Efraim Timotius
Reporter
img
Achmad Rizki
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan