close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi bisnis hijau. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi bisnis hijau. Foto Pixabay.
Bisnis - Ekonomi Hijau
Senin, 26 Agustus 2024 18:25

Ramai-ramai menggenjot bisnis hijau di Indonesia

Perusahaan di Indonesia terus menggenjot bisnis hijau. Salah satunya, lewat proyek amonia hijau hybrid pertama di dunia.
swipe

Perusahaan di Indonesia terus menggenjot bisnis hijau. Salah satunya, Pupuk Indonesia yang akan memulai proyek amonia hijau hybrid pertama di dunia, Agustus 2024. Perusahaan pelat merah itu menggandeng dua korporasi besar Jepang dan mendapat dukungan dari pemerintah Jepang dengan sumbangan grant (hibah) sebesar US$25 juta.

“Untuk proyek amonia Pupuk Iskandar Muda ini (anak usaha Pupuk Indonesia), pemerintah Jepang akan memberikan bantuan sekitar US$25 juta dalam bentuk grant (hibah),” ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, di sela-sela 2nd Ministerial Meeting Asia Zero Emission Community (AZEC). 

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani dalam kesempatan yang sama menyebut Indonesia memiliki potensi besar dalam proyek energi hijau. Investasi dalam proyek zero emission dianggap sangat menggiurkan bagi pasar internasional. 

“Karena memang mereka diberikan insentif, dan bahkan mereka bisa memberikan yield yang sangat jauh lebih rendah apabila itu energi hijau baru terbarukan. Jadi sebetulnya memang kita harus aktif, karena kita memiliki potensi yang sangat besar,” ujarnya.

Proyek ini merupakan hasil dari perjanjian kerja sama pengembangan atau Joint Development Agreement (JDA) yang bertajuk Green Ammonia Initiative from Aceh (Project GAIA), antara Pupuk Indonesia, ITOCHU Corporation, dan Toyo Engineering pada acara AZEC.

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi mengatakan proyek ini akan mengembangkan amonia menjadi bahan bakar kapal.

“Proyek ini sangat unik karena merupakan yang pertama di dunia. Amonia yang digunakan akan diproduksi sebagai green ammonia, memanfaatkan fasilitas produksi milik Pupuk Indonesia Grup yang ada di Aceh,” ujarnya.

Diketahui, clean ammonia atau amonia bersih menjadi sangat penting dalam usaha menuju dekarbonisasi industri karena bisa menjadi salah satu sumber energi bersih baru yang menjanjikan di masa depan. Clean ammonia terdiri dari blue dan green ammonia atau amonia biru dan amonia hijau, yang memiliki jejak karbon lebih rendah. Bahkan amonia hijau tidak menghasilkan emisi karbon dalam prosesnya sama sekali.

Dalam kerja sama ini, Pupuk Indonesia akan memproduksi amonia hijau menggunakan pabrik amonia yang teknologi prosesnya dirancang dan dibangun oleh TOYO pada tahun 2000-an lalu. Amonia hijau ini kemudian akan dipasok kepada ITOCHU sebagai bahan baku marine fuel, sehingga membentuk sebuah value chain yang komprehensif.

“Kerja sama ini menjadi salah satu bentuk diversifikasi usaha Pupuk Indonesia yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga mendukung hilirisasi industri dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional serta mendukung target pemerintah dalam mencapai net zero emission di 2060," tambahnya. 

Pengembangan Project GAIA akan dimulai dengan pembangunan Front End Engineering Design (FEED), pada Agustus 2024. Untuk selanjutnya, ketiga pihak yang bekerja sama akan membentuk perusahaan patungan (joint venture company) dengan target keputusan investasi final pada paruh pertama 2025 dan operasi komersial pada 2027.

Mengerek kontribusi bisnis hijau

Perusahaan lain, PT Pertamina International Shipping (PIS) menargetkan meningkatkan kontribusi bisnis hijau menjadi 34% pada 2034. Saat ini angka tersebut berada di sekitar 15% dari total kontribusi bisnis PIS.

Direktur Business Planning PIS Eka Suhendra mengatakan membidik peningkatan signifikan terhadap kontribusi laba yang dihasilkan dari green cargo business, seperti liquified natural gas (LNG) dan liquified carbon dioxide (LCO2).

“PIS memiliki aspirasi sampai 2034 untuk meningkatkan revenue dari low carbon business seperti LPG, LNG, dan amonia. Kami berharap melalui berbagai inisiatif dan strategi yang telah kami implementasikan, PIS dapat meningkatkan kontribusi sektor bisnis hijau menjadi 34% dalam sepuluh tahun ke depan," ujar Eka. 

Salah satu strategi PIS untuk meningkatkan kontribusi bisnis hijau adalah melalui pasar bahan bakar hijau. Volume perdagangan LPG dunia diproyeksi akan tumbuh 13% dalam lima tahun ke depan. Adapun impor LPG dari empat negara besar di Asia, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, dan India diproyeksikan bakal naik 35,4% di 2028.

Di Indonesia sendiri, permintaan LPG untuk kebutuhan rumah tangga akan naik rata-rata 3,9% per tahun sampai 2030. Sementara untuk amonia, volume perdagangannya diproyeksikan naik rata-rata 22,5% per tahun hingga 2028.

Untuk melayani pasar bahan bakar hijau yang terus berkembang, PIS mendatangkan dua unit kapal tanker baru berupa Very Large Gas Carrier (VLGC) yang dikhususkan untuk mengangkut muatan LPG dan amonia. Dengan hadirnya dua unit kapal tersebut, Eka yakin perusahaan dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan bahan bakar low carbon baik di dalam maupun luar negeri.

“Strategi jangka panjang kami untuk memangkas produksi karbon emisi dan meningkatkan kontribusi bisnis hijau sudah sejalan dengan visi nol emisi pemerintah Indonesia pada 2060. Meskipun kami menargetkan 10 tahun lebih cepat di tahun 2050. Ke depannya kami optimistis PIS dapat menjadi pelopor dalam program dekarbonisasi khususnya di industri shipping,” tutur Eka.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan