Ramai-ramai perbankan cari tambahan modal lewat right issue
Perbankan getol mencari tambahan modal melalui right issue. Salah satunya, UOB Indonesia yang mengumumkan mengantongi Rp1,5 triliun dari aksi korporasi itu. Duit itu akan digunakan untuk investasi, mendanai bisnis perbankan konsumer dan wholesale, serta program baru.
Right issue disebut akan menciptakan nilai yang lebih besar bagi nasabah dan meningkatkan kekuatan neraca. Penambahan modal ini seiring dengan selesainya akuisisi dan integrasi penuh aset dan liabilitas bisnis perbankan konsumer Citibank Indonesia ke dalam UOB Indonesia pada bulan lalu.
Sebelumnya integrasi di Malaysia dan Thailand juga telah selesai pada bulan November 2022 dan Vietnam pada bulan Maret 2023. Hal ini menandai rampungnya seluruh akuisisi UOB terhadap bisnis perbankan konsumer Citigroup di keempat negara Asean tersebut.
"Kesepakatan transformasional ini telah selesai sepenuhnya. Akuisisi ini menunjukkan hasil yang menjanjikan dan memperkuat posisi kami di kawasan," tutur Deputy Chairman and Chief Executive Officer UOB Wee Ee Cheong.
Dia menyebut Indonesia merupakan pasar dengan salah satu potensi pertumbuhan terbesar di Asean. Cheong yakin dapat menghadirkan rangkaian produk yang lebih beragam dan pengalaman nasabah di Indonesia.
Presiden Direktur UOB Indonesia Hendra Gunawan mengatakan UOB telah hadir di Indonesia sejak berdirinya PT Bank UOB Indonesia pada tahun 2011. Saat ini, klaimnya, pihaknya menjadi salah satu bank asing berbadan hukum lokal terbesar di Tanah Air.
"Akuisisi ini mencerminkan komitmen jangka panjang kami terhadap Indonesia. Portofolio Citigroup menambah kedalaman dan keluasan basis nasabah, ragam produk, penawaran solusi dan ekosistem mitra dan kami berharap dapat melakukan lebih banyak sinergi untuk memberikan nilai lebih kepada nasabah," ujarnya.
Sejalan dengan fokus strategis pada "personalisasi", UOB Indonesia memanfaatkan berbagai saluran online dan offline untuk menawarkan omni-channel kepada nasabah. Melalui aplikasi UOB TMRW, perusahaan akan mempertajam kemampuan digitalnya guna menarik lebih banyak nasabah, memenuhi kebutuhan perbankan dan gaya hidup nasabah, serta memberikan interaksi yang disesuaikan melalui insights yang disesuaikan. UOB Indonesia juga disebut akan mengikuti tren peningkatan kesejahteraan di Indonesia, serta meningkatkan produk dan solusi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi nasabah yang terus berkembang.
Bank lain, PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA) juga berencana menggelar rights issue sebanyak 6,4 miliar lembar saham. Induk SDRA asal Korea Selatan Woori Bank Korea menyiapkan dana US$200 juta atau Rp3,1 triliun untuk menebus haknya.
Pelaksanaan aksi korporasi SDRA ini ditargetkan rampung pada kuartal I-2024. SDRA akan meminta persetujuan terlebih dahulu dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan digelar pada 10 Januari 2024.
Presiden Direktur Bank Woori Saudara Hwang Gyusoon mengatakan rights issue ini dilakukan di antaranya untuk memperkuat struktur permodalan. Bank Woori Saudara mencatatkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) 24,17% pada September 2023, naik dari posisi September 2022 yang sebesar 22,86%. Posisi CAR setelah aksi penambahan modal diproyeksikan akan naik sejalan dengan realisasi rights issue.
"Selain itu tentunya juga sebagai salah satu upaya untuk dapat menghadapi perkembangan zaman dan persaingan yang semakin ketat," katanya, Selasa (5/12).
Tambahan modal melalui rights issue ini disebut dapat membantu Bank Woori Saudara untuk melakukan perkembangan usaha dengan melakukan ekspansi bisnis yang berkelanjutan dalam menjaga daya saing. Di samping itu, tuturnya, Bank Woori Saudara juga akan lebih mengembangkan perannya dalam memberikan layanan keuangan kepada perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, serta pengembangan bisnis ritel.
PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) juga bakal menggelar rights issue dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 3,095 miliar saham dengan nilai nominal Rp20 per saham.
Manajemen BTPN menyebut setoran modal dari rights issue ini akan mengerek ekuitas menjadi Rp40,2 triliun dari sebelumnya sebanyak Rp 33,5 triliun per 30 September 2023.
Jumlah penyertaan BTPN akan meningkat dari Rp1,3 triliun menjadi Rp8 triliun. Dengan demikian, total aset BTPN akan meningkat menjadi Rp181,8 triliun, dari per 30 September 2023 sebesar Rp 75,1 triliun.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (5/12), manajemen bilang rencana penambahan modal akan berdampak positif terhadap kondisi keuangan BTPN. BTPN akan memiliki tambahan pendanaan untuk menjalankan rencana pembiayaan proyek yang akan datang guna pertumbuhan lebih lanjut.
Adapun terkait dengan rencana pelaksanaan right issue ini, manajemen menyebut tidak berdampak terhadap rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum BTPN karena peningkatan modal akan digunakan untuk membiayai akuisisi.
"Dampak final yang ditimbulkan pada pos-pos keuangan akan disesuaikan kembali setelah rencana akuisisi BTPN telah terealisasikan," kata manajemen.