Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Jateng), berhasil membudidayakan buah pisang di lahan sawah seluas 151 hektare (ha) di Kecamatan Losari. Dengan produksi 1.106 ton, diprediksi meraup Rp2,5 miliar lebih jika rerata harganya diasumsikan Rp2.500 per kilogram (kg).
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto, menyatakan, jajarannya terus menggenjot produksi melalui Program Gedor Horti. Yang telah terealisasi adalah pengembangan kawasan buah-buahan.
"Ini menjadi komitmen kami untuk terus mendorong produksi hortikultura, terutama buah-buahan unggul berskala ekspor," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (4/9).
Anton, sapaannya, menerangkan, pemanfaatan sawah untuk pengembangan pisang menjadi nilai tambah bagi petani, terutama saat pandemi coronavirus baru (Covid-19). Pun menjadi sumber diversifikasi pangan dan memicu ekspor.
"Semoga pemanfaatan lahan sawah ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam memanfaatkan sumber lahan yang telah ada," ucap dia.
Pisang yang dibudidayakan di Losari terdiri dari berbagai jenis, seperti pisang raja nangka, raja bulu, mas kirana, kepok kuning, dan pisang ambon. Petani setempat memanfaatkan lahan produktif dengan irigasi teknis dengan pola tanam monokultur bergilir dengan padi dan bawang merah.
Luas budi daya pisang di Brebes mencapai 525 ha di 17 kecamatan. Total produksi sementara ini mencapai 9.595 ton.
Sementara itu, Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura, Liferdi Lukman, menilai, pola pergiliran tanaman sangat baik. "Karena berguna untuk memutus mata rantai hama dan penyakit."
Kementan pun akan terus mengingatkan dan mendorong petani tetap melaksanakan budi daya sesuai good agricultural practices (GAP) dan prosedur operasional standar (SOP). Sehingga, hasilnya memenuhi permintaan pasar, khususnya ekspor.
"Semoga ke depan produksi pisang asal Brebes bisa meningkat, tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal saja. Namun, mampu menembus pasar ekspor," tutupnya.