close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pekerja mengangkat karung berisi beras di Pasar Beras Martoloyo, Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (13/1). Sejumlah pedagang beras, mendukung kebijakan pemerintah menstabilkan harga beras dengan melakukan impor karena harga beras di pasaran terus merangkak naik,
icon caption
Pekerja mengangkat karung berisi beras di Pasar Beras Martoloyo, Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (13/1). Sejumlah pedagang beras, mendukung kebijakan pemerintah menstabilkan harga beras dengan melakukan impor karena harga beras di pasaran terus merangkak naik,
Bisnis
Selasa, 16 Januari 2018 20:06

Benarkah Indonesia masuk dalam rawan pangan?

Sejarah menunjukkan ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik
swipe

Persoalan pangan pada pekan ini menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia. Stok beras yang disebut-sebut makin menipis berikut juga kasus gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Asmat, Papua mengungkit persoalan lama negara. Benarkah Indonesia sedang mengalami kerawanan pangan? 

Kerawanan pangan adalah kondisi dimana ketidakcukupan pangan yang dialami di sebuah daerah, masyarakat atau rumah tangga. Dewan Ketahanan Pangan mengklasifikaskan bahwa kondisi kerawanan pangan terjadi karena bencana alam maupun bencana sosial. 

Mengapa kerawanan pangan terjadi? Persoalannya adalah ketersedian pangan, distribusi dan akses terhadap pangan. Semuanya memang saling terkait, tidak bisa dipastikan bahwa persedian pangan yang cukup menjamin ketahanan pangan rumah tangga atau indvidu. Hal ini terkait dengan daya beli rumah tangga atau individu tersebut. 

Kita tentu masih ingat bahwa kasus gizi buruk muncul di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2009. Padahal provinsi tersebut dikenal sebagai daerah lumbung beras. Provinsi lain yang juga masuk dalam rawan pangan tertinggi adalah Papua, Maluku, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Maluku Utara. 

Pekan ini kita dihadapkan dengan kondisi yang serupa terjadi di Asmat. Terbaru seperti diberitakan Antara, kasus kurang gizi di Asmat telah ditindaklanjuti. 

Dinas Kesehatan Papua mengirim sebanyak dua ton makanan tambahan ke Kabupaten Asmat untuk diberikan kepada warga di kawasan perkampungan yang dilaporkan banyak anak-anak yang meninggal dunia akibat campak dan gizi buruk.

Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua dr Silvanus Sumule mengatakan bahwa makanan tambahan juga dijadwalkan akan diterbangkan dari Sentani ke Agats, Ibu Kota Kabupaten Asmat, menggunakan pesawat philatus porter milik AMA. Dua ton makanan tambahan itu nantinya diangkut dalam dua kali penerbangan, dan setibanya di Agats akan langsung didistribusikan ke warga yang sangat membutuhkannya. Begitu juga dengan tim kesehatan terpadu yang akan diterjunkan ke Asmat.

"Memang dari laporan yang diterima ada warga khususnya anak-anak yang meninggal akibat kekurangan gizi dan campak," kata Silvanus seperti dikutip Antara.

Dari data sementara yang dihimpun dari berbagai sumber disebutkan kasus kematian anak yang terjadi di Distrik Pulau Tiga wilayah Nakai tercatat sebanyak empat orang akibat campak. Di wilayah kampung Kappi dua orang anak meninggal akibat campak, Kampung As tercatat sembilan anak meninggal, Kampung Atat sebanyak 23 anak meninggal.

Komoditas pangan lokal

Indonesia saat ini harus diakui sedang mengalami kerawanan pangan. Tidak perlu mengklaim bahwa ketersediaan pangan aman dalam beberapa bulan ke depan. Sangat nyata terjadi bahwa Papua saat ini sedang menghadapi kondisi rawan pangan. 

Kejadian stok beras yang menipis dan gizi buruk, jelas membuat makna politis negatif bagi penguasa. Sejarah menunjukkan ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas politik dan keamanan dan ketahanan nasional. Apabila negara mengalami situasi rawan pangan, maka stabilitas ekonomi, politik dan sosial pun bisa terguncang. 

Mengatasi hal tersebut, pemerintah harus mengupayakan berbagai hal. Peningkatan ketersedian pangan menjadi syarat mutlak yang harus dilakukan. Meski begitu, jangan terpaku pada ketersedian pangan nasional saja untuk mengisi kebutuhan di daerah. 

Pengembangan komoditas pangan lokal pun harus selaras dilakukan. Agar mencapai kondisi ketersedian pangan tersebut, maka perlu ada pemanfaatan teknologi dalam setiap komoditas pangan.

Paling penting, distribusi pangan yang selama ini terkendala transportasi atau keterisolasian wilayah. Persoalan ini adalah tugas pemerintah lah untuk mengembangkan jalur darat, laut dan udara untuk memperlancar distribusi. 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan