Coronavirus memukul pasar modal. Hampir semua saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terseok-seok. Kumpulan saham yang dijajakan di BEI ini berada di level 4.554,359 pada penutupan Rabu (13/5) dan telah turun 27,70% sejak awal tahun. Kali terakhir IHSG memasuki zona 4.000 adalah tahun 2016.
Hingga kini, belum ada kepastian kapan pandemi virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu akan berakhir. Di tengah kondisi seperti ini, saham apa yang bisa dikoleksi investor?
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan investor bisa mempertimbangkan sektor telekomunikasi pada masa pandemi ini. Menurut Hans, sektor ini cukup diuntungkan oleh imbauan pemerintah kepada masyarakat untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah.
Pendapatan perusahaan sektor telekomunikasi positif ditopang rata-rata kenaikan trafik layanan data hingga 13%. Berdasarkan catatan Alinea.id, emiten telekomunikasi seperti PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengalami kenaikan trafik layanan sekitar 15%. Pun demikian dengan PT Smartfren Telecom (FREN) yang mencatat adanya peningkatan akses layanan data sekitar 10% hingga 15%.
"Yang paling banyak pemakaian datanya itu untuk aplikasi e-learning dan rapat online dan trafik chat online naik 40%. Sektor ini cukup menjanjikan ke depan," kata Hans dalam webinar dari Jakarta, Rabu (13/5).
Selain sektor telekomunikasi, Hans mengatakan, sektor kesehatan dan konsumer juga diuntungkan dalam jangka pendek. Sebab, ketika terjadi PSBB, dia melihat penjualan bumbu dapur dan makanan instan meningkat.
Terpukul
Di sisi lain, sejumlah sektor diprediksi terpukul Covid-19. Salah satunya sektor perbankan yang terkena dampak dengan skala menengah.
Meski demikian, Hans masih merekomendasikan saham-saham perbankan.
"Karena kalau bisnis nanti sudah kembali normal, maka kewajiban utang ke bank akan menjadi yang dibayarkan pertama. Setiap sektor kalau bangkit, bank harus dibayar duluan," ujar Hans.
Lainnya, sektor infrastruktur yang akan tertekan karena pemerintah mengalihkan anggaran infrastruktur ke sektor lain. Hal tersebut menjadi sentimen negatif bagi saham-saham infrastruktur. Namun, lanjut Hans, saham-saham di sektor infrastruktur masih cukup menarik untuk jangka panjang.
Adapun sektor yang terpukul cukup dalam, kata Hans, adalah sektor pariwisata, restoran, hotel, dan transportasi. Menurut Hans sektor pariwisata bisa kehilangan devisa hingga 50% dan susah untuk melakukan pemulihan. Diprediksi, pendapatan pariwisata bisa hilang sampai US$4 miliar dalam tiga bulan pertama.
Sektor restoran dan hotel juga mengalami nasib buruk. Dari 6.000 hotel, telah ada 1.500 hotel yang tutup. Selain itu, okupansi hotel pada Maret 2020 juga telah turun 50% dan diperkirakan akan turun lebih banyak lagi di April dan Mei.
"Transportasi darat terpukul karena ada larangan mudik, sedangkan untuk transportasi udara, pada Januari-Februari ada 11.680 penerbangan domestik dibatalkan dan 1.023 penerbangan internasional yang dibatalkan," tuturnya.
Hans memperkirakan apabila pandemi Covid-19 berakhir di Juni, maka IHSG bisa berada di level 5.775 pada akhir tahun. Namun, apabila pandemi baru berakhir pada September, IHSG bisa menyentuh level 5.190.
Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan investor bisa mengakumulasi beli saham-saham sektor kesehatan, perbankan, dan infrastruktur.
Untuk sektor kesehatan, saham-saham rumah sakit diprediksi akan menguntungkan. Seperti, saham PT Siloam International Hospital Tbk. (SILO), PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL), dan saham PT Mitra KeluargaKaryasehat Tbk. (MIKA). Lalu, saham laboratorium klinik PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) juga akan menarik.
Saham perbankan seperti PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) akan positif. Perbankan diprediksi masih akan mengantongi laba.
Sementara saham sektor infrastruktur yang akan bagus antara lain PT Jasa Marga Tbk. (JSMR), PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL). "Infrastruktur memang bukan prioritas pertama, namun proyek-proyek infrastruktur akan tetap jalan untuk jangka panjang," ujar dia.