Bank Indonesia (BI) mengeluarkan kebijakan relaksasi Loan to Value (LTV) ratio 100% untuk kredit properti serta uang muka kredit/pembiayaan kendaraan bermotor (KKB) hingga sebesar 0%.
Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) sekaligus Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung mengatakan, kebijakan tersebut untuk mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga kelas menengah atas.
Pasalnya, selama pandemi Covid-19 kelompok ini cenderung menumpuk uangnya di bank. Padahal, konsumsi rumah tangga sangat besar peranannya bagi perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar 60% terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Kondisi rumah tangga saat ini terkendala adanya PPKM dan sebagainya, sehingga kalau kita lihat indeks konsumsi rumah tangga masih lebih rendah dibanding awal Januari 2020," katanya dalam video conference, Senin (22/2).
Di tengah pandemi seperti saat ini konsumsi cenderung ditopang oleh kelas menengah bawah dengan konsumsi kebutuhan pokok. Sementara kelas menengah cenderung menahan konsumsi.
Bahkan, kelas menengah atas lebih berorientasi mencari investasi yang lebih menguntungkan dengan return yang lebih tinggi dari yang ditawarkan perbankan, seperti ke pasar emas dan pasar modal.
Untuk itu, BI mengeluarkan kebijakan relaksasi LTV dan uang muka KKB untuk mendorong konsumsi kelas menengah atas. Karena, selain kebutuhan primer, kelompok ini punya kebiasaan konsumsi lainnya seperti untuk beli rumah atau kendaraan.
"Menengah ke bawah konsumsi food. Nah kalau ke atas itu, ada secondary hobbies, pendidikan, kendaraan bermotor, termasuk entertainment. Ini menjelaskan mengapa konsumsi RT belum recover dilihat pertumbuhan kuartal IV kemarin," ujarnya.
Penumpukan uang di bank pun menunjukkan gejala tersebut. Dia memaparkan, tabungan senilai Rp100 juta hingga Rp2 miliar porsinya mencapai 12,7% di perbankan, sedangkan tabungan sebesar Rp2 miliar ke atas mencapai 27%.
"Ini menunjukkan belum melakukan konsumsi layaknya normal," ucapnya.
Untuk itu, harapannya dengan relaksasi LTV dan uang muka KKB ini dapat memicu peningkatan konsumsi kelas menengah atas, sehingga dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional lebih cepat.