Resep tetap suskes menghadapi badai PHK
Pandemi Covid-19 mengubah hidup Agnes. Dia berhenti dari pekerjaannya di Group Danone Specialized Nutrition, tepatnya di PT Sarihusada Generasi Mahardika sebagai Production Supervisor dan mulai membangun bisnis sendiri.
Agnes memulai bisnis rintisan di bidang makanan dan minuman bernama Kitchensync melalui kolaborasi dengan tiga rekannya. Kitchensync didirikan untuk menyediakan solusi bagi para pelaku bisnis, terutama restoran kecil hingga menengah (UMKM), yang membutuhkan layanan dukungan operasional.
Kitchensync memiliki bisnis inti yaitu menyediakan bahan baku dan produk setengah jadi, serta layanan riset dan pengembangan produk. Perusahaan ini berafiliasi dengan beberapa merek seperti restoran bertema makanan jalanan Korea bernama Nolda; restoran bertema Melayu atau Nasi Kandar bernama Nasi Iskandar; dan restoran pempek dari Palembang bernama Oetak-oetak, yang total cabangnya kini berjumlah lebih dari 15 cabang, tersebar di Jawa, Bali, dan Sumatera.
“Selain itu kita juga memiliki merek restoran sendiri bernama Udon Mura yaitu restoran bertema Jepang yang berlokasi di Tangerang Selatan,” ujar Agnes yang menjadi Co-Founder dan COO Kitchensync, dikutip ugm.ac.id.
Anak muda lain yang juga sukses berbisnis adalah Intan Fazria Kusumah. Dia merintis label busana Mayoutfit sejak usia 19 tahun dan telah mengantongi omzet lebih dari Rp1 miliar.
Tak hanya Intan, seorang gadis lain juga mengaku berhasil mengantongi Rp1 miliar pertama pada usia 29 tahun dengan usaha tas, kemudian ada juga di usia 21 tahun dengan menjajakan basreng alias bakso goreng, seperti dikutip dari akun media sosial Instagram Intan, @intanfazriak.
Mereka suskes meraih cuan di tengah banyaknya angka pengangguran dan badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menghantam Indonesia. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menyebut saat ini ketersediaan lapangan kerja sangat minim. Hal ini tercermin dari turunnya proporsi penduduk yang bekerja penuh waktu.
Sementara penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal, yakni kurang dari 35 jam seminggu dan masih mencari pekerjaan atau biasa disebut setengah pengangguran pada Februari 2024 justru meningkat menjadi 8,52% dibandingkan Februari 2023 yang hanya mencapai 6,9%.
Tingginya angka pengangguran di Indonesia diakibatkan oleh belum pulihnya industri manufaktur pascapandemi Covid-19. PHK diprediksi masih akan berlanjut, terutama pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Penyebabnya, beberapa industri dalam negeri, baik yang berorientasi pasar internasional maupun domestik masih mengalami perlambatan produksi.
Catatannya, sepanjang Januari hingga Mei 2024, terdapat 69.400 orang terkena PHK. Tingginya angka PHK di industri TPT sebagian disebabkan oleh peningkatan impor yang menggerus pasar domestik.
Total impor TPT Indonesia pada kuartal II-2024 meningkat tajam sebesar 35,5%. Sejak berlakunya Permendag No. 36 Tahun 2023 yang direvisi menjadi Permendag No. 8 Tahun 2024 tentang kebijakan dan pengaturan impor, lonjakan barang-barang impor dengan harga lebih murah membanjiri pasar domestik, merugikan perusahaan-perusahaan dalam negeri.
Di sisi lain, rata-rata upah riil tahunan stagnan, atau hanya tumbuh 0,7%.
“Tingginya angka pengangguran menyebabkan konsumsi rumah tangga melemah,” katanya dikutip Alinea.id, Kamis (8/8).
Menghadapi badai PHK
Perencana keuangan, Eko Endarto menilai, kesuksesan di setiap usia dan generasi harus diciptakan dan dibuat. Bukan didapatkan dengan begitu saja.
Oleh karena itu, dia bilang, setiap orang harus berani mengambil langkah pertamanya memulai bisnis. Menurutnya, sukses adalah efek dari perjalanan panjang melalui kegiatan. Makin cepat dimulai, maka kian cepat juga kemungkinan sukses terwujud.
“Jadi kalau mau sukses harus mulai melakukan hal-hal yang membuat sukses. Mulai saja dulu, atau just do it,” katanya kepada Alinea.id, Kamis (8/8).
Eko menyampaikan agar setiap orang yang kini sedang tidak bekerja atau bahkan menerima keputusan PHK dari tempat bekerja, atau mungkin yang tengah bekerja, untuk tetap tekun. Sebab, konsistensi dalam ketekunan adalah cikal bakal kesuksesan dengan mempersiapkan targetnya.
Menurut Eko, sifat menunda dan ingin segalanya instan adalah batu sandungan untuk mencapai kesuksesan. Padahal, kesuksesan itu proses. Selain itu, yang paling susah bukan mencapai sukses, tapi mempertahankannya.
Dia menyebut, seseorang menjadi pengangguran dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Dari luar, kondisi ekonomi Tanah Air yang sedang tidak baik-baik saja membuat kegiatan produksi perusahaan turun. Konsumsi masyarakat juga lesu sehingga pendapatan perusahaan berkurang.
Akibatnya, perusahaan harus memangkas biaya. Salah satunya dengan mengurangi ongkos tenaga kerja.
“Faktor dari dalam, makin banyak ketidaksesuaian antara pencari kerja dan industri sehingga belum terserap dengan optimal tenaga kerjanya,” ucapnya.