Lembaga pemeringkatan dan investasi dari Jepang, Rating and Investment Information, Inc (R&I) menaikkan peringkat utang Indonesia. Hal itu diketahui dari keterangan tertulis R&I yang dirilis pada hari ini (7/3).
Pada laporan tertulisnya R&I menjelaskan, peringkat utang Indonesia dinaikkan menjadi BBB dari sebelumnya BBB- dengan outlook stabil.
Perekonomian Indonesia terus menunjukkan kinerjanya yang kuat, inflasi rendah dan stabil. Defisit anggaran juga mengalami koreksi dengan utang pemerintah yang rendah. Pembangunan infrastruktur menunjukkan beberapa kemajuan, dan iklim investasi semakin membaik. Hal itu diyakini menyebabkan perekonomian menjadi lebih tangguh terhadap guncangan eksternal.
R&I juga percaya pemerintah akan fokus pada stabilitas makroekonomi. Mengeluarkan berbagai inisiatif untuk menjaga struktur ekonomi. Di tengah rentetan peristiwa politik, termasuk pemilihan kepala daerah 2018, pemilihan umum dan pemilihan presiden pada 2019.
Produk Domestik Bruto (PDB) ril telah tumbuh sekitar 5%, dan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar
5,1% pada 2017. Terlihat dari konsumsi swasta yang tetap solid, investasi dan semakin luasnya negara tujuan ekspor.
Tren ini diperkirakan terus berlanjut di masa akan datang. Tidak mengherankan jika Pemerintah, IMF dan Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB riil pada tahun ini berada dikisaran 5,3%-5,4%. Bank sentral diyakini bisa menjaga inflasi pada tingkat 3-4%.
Kendati sistem keuangan tetap dijaga, tetapi R&I menilai pertumbuhan kredit masih stagnan. Oleh sebab itu, R&I akan memantau apakah pelonggaran makroprudensial dari bank sentral, kebijakan baru pemerintah dapat membantu meningkatkan pertumbuhan kredit dari sektor perbankan.
Pemerintah memproyeksikan pendapatan pajak bisa tumbuh sekitar 20% dibanding realisasi tahun sebelumnya. R&I beranggapan target itu realistis, mengingat harga minyak lebih tinggi dari asumsi anggaran.Kendati begitu, utang pemerintah pusat terjaga rendah 28,98% dari PDB sampai akhir 2017.
Meski begitu, rasio obligasi pemerintah dalam negeri yang dikuasai investor asing, cukup tinggi yakni, 40%. Jika dikombinasikan dengan utang mata uang asing, total hutang mencapai 17,5% dari PDB.
Oleh sebab itu, R&I berpandangan agar pemerintah menekankan stabilitas makroekonomi dan lebih disiplin pada fiskal. Bersamaan dengan itu terus mendorong reformasi struktural. Hal itu sangat penting untuk mempertahankan pembiayaan yang stabil.