close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sejumlah perempuan yang tergabung dalam Gerakan Nasional #SelasaBerkebaya melakukan kampanye berkebaya di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta, Selasa (25/6). / Antara Foto
icon caption
Sejumlah perempuan yang tergabung dalam Gerakan Nasional #SelasaBerkebaya melakukan kampanye berkebaya di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta, Selasa (25/6). / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 27 Juni 2019 16:12

Riset IFC: Kontribusi perempuan dongkrak kinerja keuangan perusahaan

Pekerja perempuan berkontribusi terhadap peningkatan rata-rata Tingkat Pengembalian Aset (ROA) dan Rasio Pengembalian Ekuitas (ROE).
swipe

Hasil studi International Finance Corporation (IFC) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan perusahaan dengan lebih dari 30% anggota dewan perempuan memiliki kinerja yang lebih baik.

Ha tersebut tercermin dari rata-rata Tingkat Pengembalian Aset (return on asset/ROA) sebesar 3,8%, lebih besar daripada perusahaan yang tak memiliki anggota dewan perempuan sebesar 2,4%.

Demikian pula dengan Rasio Pengembalian Ekuitas (return on equity/ROE). Perusahaan-perusahaan yang memiliki lebih dari 30% anggota dewan perempuan melaporkan rata-rata ROE sebesar 6,2%. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang anggota dewannya hanya pria melaporkan ROE sebesar 4,2%. 

“Temuan kami menegaskan pentingnya keberadaan keragaman gender yang lebih besar di ruang dewan di Asia,” kata Direktur Regional IFC Asia Timur dan Pasifik Vivek Pathak, di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (27/6).

Studi ini juga menunjukkan dari enam negara anggota ASEAN yang disurvei (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam), Thailand menjadi negara yang memiliki keragaman gender terbesar. Di Thailand, perempuan memegang sekitar 20% kursi dewan di perusahaan terbuka, diikuti oleh Indonesia dan Vietnam keduanya sekitar 15%. 

Di antara perusahaan-perusahaan ASEAN yang disurvei, hampir 40% tidak memiliki anggota dewan perempuan dan hanya 16% yang memiliki lebih dari 30 persen perwakilan perempuan di dewan. Rendahnya keterwakilan perempuan di perusahaan ini salah satunya disebabkan oleh bias gender yang menganggap perempuan kurang cocok untuk posisi eksekutif puncak.

Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Bursa Efek Indonesia Risa E. Rustam mengatakan, kasus bisnis terkait keragaman gender di dewan sangat kuat dan tidak hanya terkait dengan kinerja, tetapi juga ada hubungannya dengan tata kelola perusahaan, reputasi, dan keadilan. 

"Bursa saham dapat membantu membuka jalan dengan cara mendorong perusahaan-perusahaan terbuka untuk memiliki langkah-langkah dan target dalam hal keterwakilan gender," kata Risa.

Sementara, menurut penelitian ini, di Indonesia tiga industri teratas yang memiliki persentase jumlah anggota dewan perempuan tertinggi adalah bidang perindustrian 26%, real estate 20%, dan kebutuhan pokok konsumer 15%. 

Dalam hal keterwakilan perempuan di dewan, Indonesia setara dengan rata-rata ASEAN dengan persentase 14,9%. Namun, Indonesia tertinggal dalam hal jumlah perempuan yang menduduki posisi manajemen senior, yaitu hanya 18,4%, jauh di bawah rata-rata ASEAN yaitu 25,2%. 

 

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan