close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto udara perkebunan kelapa sawit di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan, Kamis (13/9/2018).Antara Foto/dokumentasi
icon caption
Foto udara perkebunan kelapa sawit di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan, Kamis (13/9/2018).Antara Foto/dokumentasi
Bisnis
Selasa, 16 Agustus 2022 20:05

Riset: Perusahaan minyak sawit dari RI telah mengambil langkah lestarikan hutan

Laporan ini menganalisa data dari 167 perusahaan yang memproduksi atau membeli minyak sawit dari Indonesia yang diungkapkan lewat kuesioner.
swipe

Laporan terbaru dari CDP, organisasi nirlaba yang menjalankan sistem pelaporan lingkungan global, menyoroti pentingnya percepatan aksi perusahaan untuk menghilangkan risiko deforestasi dari pembelian atau produksi minyak sawit di Indonesia. 

Laporan yang berjudul ‘Mengukur kemajuan menuju rantai pasok minyak sawit berkelanjutan”, menyoroti peran hutan sebagai penyedia sumber kebutuhan mendasar untuk mata pencaharian dan ekosistem. Sekitar 500 juta orang menggantungkan hidupnya secara langsung pada hutan. Terdapat kemajuan positif, di mana pada lima tahun terakhir, tingkat deforestasi pada kawasan hutan primer menunjukkan penurunan. Laporan ini mengingatkan kembali pentingnya perusahaan untuk meningkatkan ambisinya guna melanjutkan tren penurunan ini.

Laporan edisi keempat ini, memantau kemajuan perusahaan berdasarkan 15 indikator kinerja utama (IKU) dari CDP. IKU ini dibuat berdasarkan serangkaian pengukuran yang diterima industri agar perusahaan bisa melacak kemajuan menuju masa depan hutan yang positif. Laporan terbaru CDP ini dapat digunakan perusahaan yang menggunakan atau memproduksi minyak sawit dari Indonesia sebagai alat untuk melacak kemajuan dalam upaya menghilangkan risiko deforestasi dari rantai pasoknya.

Direktur Asia Tenggara dan Oseania dari CDP John Leung melihat, sejumlah perusahaan komoditas yang menggunakan dan/atau memproduksi minyak sawit telah mengambil berbagai langkah penting untuk melestarikan hutan dan melindungi keanekaragaman hayati.

"Laporan ini menunjukkan bahwa perusahaan telah meningkatkan sistem ketertelusuran serta kepatuhan sekaligus meningkatkan keterlibatannya dalam rantai pasok minyak sawitnya. Namun, menjelang COP15 (Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB, Montreal Desember 2022), perusahaan perlu melihat apa yang bisa mereka lakukan lebih dari sekedar mengelola rantai pasok, tetapi juga apa dampak keputusan bisnisnya terhadap isu pelrindungan keanekaragaman hayati meliputi penyelenggaraan proyekl restorasi dan perlindungan ekosistem," papar dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/8).

Berdasarkan temuan laporan ini, sejumlah perusahaan telah mengambil langkah penting untuk melindungi keanekaragaman hayati. Tetapi, diperlukan lebih banyak lagi perusahaan untuk mempercepat tingkat aksi. Terutama dengan menggunakan cara yang sama untuk menangani isu keanekaragaman hayati seperti halnya perubahan iklim. Dengan pelaporan informasi melalui CDP, perusahaan dapat mendorong tingkat aksi menuju perubahan yang dibutuhkan. 

Laporan ini menganalisa data dari 167 perusahaan yang memproduksi atau membeli minyak sawit dari Indonesia yang diungkapkan melalui kuesioner hutan CDP pada 2021. Laporan ini menemukan bahwa, meskipun perusahaan mengadopsi aksi yang lebih luas untuk menghilangkan risiko deforestasi dalam rantai pasoknya, diperlukan tindakan lebih lanjut untuk memperkuat kebijakan dan komitmennya. Ini bisa dilakukan dengan mengintegrasikan isu sosial dan lingkungan, diikuti dengan target yang ambisius, terukur, serta berbatas waktu.

Laporan ini juga menemukan bahwa 44% (atau sebanyak 74) perusahaan melaporkan risiko deforestasi senilai lebih dari US$18 miliar terkait pemanfaatan dan/atau produksi minyak sawit di Indonesia. Akan tetapi, biaya yang dikeluarkan sebagai langkah dini untuk mengelola risiko yang dilaporkan oleh 40% (atau sebanyak 67) perusahaan hanyalah sebagian kecil dari total nilai risiko, yaitu sebesar US$656,4 juta.

Sementara Global Director Forests CDP Thomas Maddox menjelaskan, penanggulangan deforestasi sudah sepatutnya menjadi upaya kolektif global yang melibatkan pemerintah, perusahaan, dan investor. Di Indonesia, terjadi penurunan tingkat hilangnya hutan primer selama lima tahun terakhir.

"Meskipun sejumlah perusahaan telah bergerak ke arah yang benar, masih banyak tindakan yang harus dilakukan agar tren penurunan ini bisa dipertahankan. Perusahaan yang memproduksi atau membeli minyak sawit harus meningkatkan pelibatannya dalam rantai pasok untuk membantu mengurangi deforestasi. Pengungkapan melalui CDP memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengukur kemajuan yang telah dilakukan. Tentunya, perusahaan tidak dapat mengelola risiko tanpa melakukan pengukuran. Program rantai pasok CDP merupakan perangkat penting yang bisa digunakan perusahaan untuk meningkatkan pelibatannya dengan para pemasok," papar dia.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan