Ekonom Senior Rizal Ramli menyarankan pemerintah menerapkan kebijakan harga atau pricing policy untuk menyejahterakan petani. Menurutnya, dengan penerapan pricing policy ini, produksi pangan pertanian akan meningkat.
Dia mencontohkan penerapan pricing policy pada era Orde Baru. Saat itu, Presiden Soeharto menerapkan pricing policy dengan menjaga harga gabah berbanding harga pupuk dengan rasio 3:2. Rizal mengatakan kebijakan ini telah membuat petani senang selama bertahun-tahun.
"Kalau harga pupuk Rp200, maka harga gabah harus Rp300 sehingga petani untung 50%. Ini yang dijaga puluhan tahun selama Orba agar petani semangat berproduksi," kata Rizal dalam diskusi daring, Senin (7/9).
Sementara jika dibandingkan dengan hari ini, Rizal mengatakan rasionya sangat rendah. Menurutnya pricing policy saat ini tidak mendukung petani untuk meningkatkan produksi.
Bahkan di beberapa lokasi, dia mengatakan rasio harga gabah dan pupuk tersebut menjadi negatif, karena harga pupuk yang terus naik akibat dicabutnya subsidi pupuk. Ujung-ujungnya, insentif petani untuk melakukan produksi sangat rendah.
Dia juga mengkritik kebijakan Presiden Joko Widodo yang menyelesaikan masalah kenaikan harga pupuk tersebut dengan menerapkan Kartu Tani. Menurutnya, penerapan Kartu Tani justru memperpanjang langkah untuk distribusi pupuk.
"Dia (Presiden Jokowi) enggak tahu kartu ini menambah satu step lagi dalam sistem distribusi. Dalam kasus pupuk, sekitar 20% itu bocor, karena harusnya petani yang menikmati, bocor ke perkebunan," tuturnya.