Kebijakan fiskal pemerintah harus diarahkan kepada kelas menengah ke bawah yang mengalami dampak langsung dari pandemi Covid-19.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Chatib Basri mengatakan, dengan kondisi saat ini roda perekonomian Indonesia, lebih banyak ditopang oleh kelas menengah ke bawah yang masih melakukan aktivitas ekonomi seperti di pasar tradisional. Sementara kelas menengah ke atas lebih memilih untuk diam di rumah.
"Siapa yang ingin menunda aktivitas saat new normal ini? Yang paling kecil menunda aktivitas adalah mereka yang pendapatannya Rp2 juta ke bawah yang lulusan SD. Paling tinggi adalah lulusan perguruan tinggi dan kelas menengah atas. Jadi ini confirm dengan apa yang saya bilang, kelas menengah atas itu prefer untuk stay at home," katanya dalam diskusi online, Selasa (28/7).
Kelas menengah ke atas, dalam situasi ini lebih memilih berada di rumah karena memiliki keistimewaan, seperti pendapatan tetap dan akses pada layanan publik yang lebih baik. Sedangkan masyarakat kelas bawah, harus tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya.
Dengan demikian, seharusnya yang diberikan bantuan pemerintah, baik berupa bantuan sosial atau stimulus lainnya, adalah masyarakat kelas bawah yang menghabiskan uangnya untuk belanja kebutuhan harian atau yang masih menjalankan aktivitas ekonomi.
Jika kebijakan pemerintah lebih menyasar kalangan kelas menengah ke atas, uang yang diberikan cenderung ditabung, sehingga tidak berkontribusi banyak terhadap aktivitas ekonomi.
"Di pasar tradisional itulah policy berjalan. Mereka yang bekerja ini adalah kelas menengah ke bawah, maka mereka yang akan spend uang. Kalau begitu uangnya harus dikasih ke mereka. Itu namanya keep buying strategy. Saya yakin betul itu," ucapnya.