Platform Rumah Sahabat Desa membidik potensi pasar di wilayah pedesaan Indonesia. CEO Rumah Sahabat Desa, Teguh Aaron Muir Hendrata mengatakan, desa menjadi pasar yang belum tersentuh hingga saat ini.
Mengutip data lembaga survei Nielsen, Aaron menyebut jumlah masyarakat yang melakukan transaksi pada Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2018, belum mengalami peningkatan. Meskipun, nilai transaksinya melonjak dari Rp3,1 triliun pada 2017, menjadi Rp6,8 triliun pada 2018. Marketshare Fast Moving Consumer Goods (FMCG) atau kebutuhan harian pada e-commerce yang ada saat ini, juga baru mencapai 3,6% saja.
"Artinya kira-kira masih ada 96,4% potensi FMCG di luar sana yang tidak tersentuh sistem belanja online," kata Aaron dalam peluncuran Rumah Sahabat Desa di Universitas Kuningan, Kuningan, Jawa Barat, Kamis (16/1).
Dia optimistis Rumah Sahabat Desa, yang berada di bawah naungan PT Danarta Saudara Sejahtera, dapat meraup potensi pasar tersebut. Menurut Aaron, pihaknya telah memiliki mitra andalan di sejumlah desa, sebagai hasil dari menjalankan beragam program edukasi dan inklusi keuangan di berbagai kabupaten.
CEO Danarta Group ini mengungkapkan, Rumah Sahabat Desa menargetkan untuk memiliki 2.300 orang mitra jaringan di 14 kabupaten. Adapun saat ini, telah ada 1.900 orang mitra jaringan yang dimiliki Rumah Sahabat Desa.
Kerja sama e-commerce besar
Aaron mengakui, masyarakat desa masih kesulitan menyentuh sistem belanja daring. Selain koneksi internet yang belum memadai, masyarakat desa juga banyak yang masih belum memiliki email untuk membuat akun di e-commerce. Menurut Aaron, masih banyak pula masyarakat desa yang belum memiliki rekening bank untuk melakukan pembayaran. Selain itu, tingkat kepercayaan masyarakat desa dalam melakukan belanja daring, turut menjadi penghambat.
Namun demikian, Aaron mengklaim pihaknya telah mengantongi kepercayaan dari masyarakat yang akan dibidik. Apalagi edukasi keuangan pada masyarakat terus dilakukan, mengingat Rumah Sahabat Desa juga menjadi vendor maintenance agent bagi salah satu bank yang digandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjalankan Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai).
Dengan modal tersebut, Rumah Sahabat Desa tengah membidik kerja sama dengan sejumlah e-commerce besar. Tokopedia dan Blibli, berada di antara e-commerce besar yang tengah dijajaki.
"Kami juga menjajaki beberapa perusahaan asuransi dan peer to peer landing (p2p). Intinya kami terbuka kepada semua pihak yang ingin bekerja sama. Kami tawarkan koneksi ke masyarakat desa. Jadi jelas dengan bekerja sama dengan kami, sebuah platform akan memiliki user baru," kata Aaron.
Menurut Aaron, masyarakat desa dengan keterbatasan aksesnya, dapat melakukan belanja daring melalui platform Rumah Sahabat Desa. Skema yang dilakukan adalah dengan menambah penghubung.
"Mereka yang kesulitan akses ini bisa berbelanja melalui mitra jaringan kami. Mitra tersebut yang akan bertransaksi lewat platform Rumah Sahabat Desa," ujarnya.
Saat ini, Rumah Sahabat Desa masih merupakan platform web based. Namun Aaron mengatakan pihaknya tengah mengembangkan mobile application, untuk memudahkan proses transaksi.
Menurutnya, perusahaan memiliki visi menjadikan Rumah Sahabat Desa sebagai super aps, yang menyediakan berbagai produk. Tak cuma e-commerce, tapi juga produk perbankan dan asuransi.