Bank Indonesia (BI) menyatakan tingkat gejolak alias volatilitas nilai tukar rupiah berada pada rentang 7%-8% sepanjang tahun 2018.
Di pasar spot seperti dikutip dari Bloomberg pada perdagangan Jumat (28/12), kurs rupiah ditutup melemah 0,05% sebesar 7 poin ke level Rp14.568 per dollar Amerika Serikat. Volatilitas rupiah berada pada rentang 7,47%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan tingkat volatilitas ini terus membaik sejak awal tahun saat mata uang Garuda ini mulai melemah akibat berbagai sentimen eksternal yang ada.
Volatilitas rupiah juga dinilai sudah membaik dalam dua bulan terakhir ketika rupiah bahkan sempat menyentuh level Rp15.000 per dollar AS.
"Depresiasi kalau sampai kemarin di bawah 7%. Tingkat pelemahan itu 6,8%, volatitilitas sekitar 7%-8%, (terbilang) rendah kalau lihat rupiah bergerak stabil dan menguat," ujar Perry di kantornya, Jumat (28/12).
Sementara untuk tahun depan, Perry meyakini tekanan rupiah akan jauh lebih reda karena mempertimbangkan kenaikan bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve yang hanya dua kali.
Namun, memang belakangan muncul kekhawatiran dari perselisihan hubungan antara Presiden AS Donald Trump dengan The Fed. Tak ketinggalan, ada kekhawatiran akan perang dagang AS-China ke depan.
Sementara dari dalam negeri, ia memastikan sentimen pertumbuhan ekonomi yang masih pada rentang 5%-5,4% dan inflasi 3,5% plus minus 1% bisa menopang pergerakan rupiah ke depan.
"Sehingga, sejauh ini rupiah tetap stabil dengan kecenderungan menguat. Ke depan, kami terus melakukan pemantauan dan langkah stabilisasi tersebut," pungkasnya.