Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diprediksi bergerak dikisaran 14.490-14.520 atau melanjutkan tren pelemahan. Sementara, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada pada kisaran level support 5.978-5.988 dan resisten 6.027-6.043.
Nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp14.498 per dollar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan pasar spot, Jumat (3/8). Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.503 per dollar AS.
Salah satu penyebab turunnya nilai tukar rupiah adalah, adanya sinyal kuat dari The Fed kembali menaikkan bunga acuan pada rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) September mendatang. Data ekonomi AS yang cukup kuat khususnya pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 4,1% dan pengangguran dikisaran 4% memperkuat alasan Fed segera menaikkan bunga acuan dua kali di tahun ini.
Imbas sentimen The Fed memicu kenaikan yield treasury bond 10 tahun yang menyentuh level 3%, sementara yield SBN menjadi 7,9%. Kenaikan yield treasury ini membuat minat investor asing masuk ke Indonesia menjadi berkurang.
"Sedangkan dari dalam negeri, bimbangnya pemerintah soal kebijakan DMO batubara membuat investor wait and see, terlebih dikaitkan dengan ketidakpastian hukum jelang tahun politik," ungkap Analis dari Institute for Development of Economics & Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, kepada Alinea.id, Senin (6/8).
Faktor berikutnya yang membuat rupiah berpotensi kembali melemah adalah, adanya kenaikan permintaan dollar AS untuk kebutuhan impor bahan baku jelang libur Idul Adha dan 17 Agustus. Beberapa pengusaha juga mengantisipasi pelemahan kurs rupiah lebih lanjut sehingga memborong dollar AS lebih awal. Normalisasi perdagangan ekspor-impor di Juli pascalibur Lebaran juga memberi tekanan pada berulangnya defisit neraca perdagangan sehingga permintaan dollar AS meningkat.
Hasil rilis data pertumbuhan industri manufaktur sedang dan besar menurun pada kuartal II, yakni tumbuh 4,36%, dibandingkan kuartal I 2018 tumbuh 5,36% (yoy). Beberapa sektor industri seperti otomotif dan mesin elektrik mengalami tekanan akibat belum stabilnya permintaan domestik serta pelemahan kurs yang membuat bahan baku lebih mahal. Kondisi ini menjadi sentimen negatif pelaku pasar.
Oleh karena itu, BI diminta tetap konsisten lakukan intervensi cadangan devisa. Kemudian, memberi sinyal lebih jelas ke pasar terkait waktu kenaikan bunga acuan 7days repo rate. "Bagi pemerintah, jangan buat gaduh kebijakan baru yang pro kontra," tegasnya.
Kebijakan pengendalian impor pun harus dirinci jelas. Dengan begitu, tidak menjadi bola liar yang meresahkan pengusaha. Proyek infrastruktur mana yang akan disetop sementara, kemudian bahan baku impor mana yang akan disortir.
"Isu pengendalian impor yang liar justru membuat pengusaha memborong dollar AS dan melakukan percepatan impor barang untuk berjaga-jaga. Minggu depan seharusnya keluar aturan atau kebijakan yang lebih clear," pungkasnya.
Sementara, Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Reza Priyambada, mengatakan, pergerakan IHSG diperkirakan berada pada kisaran level support 5.978-5.988 dan resisten 6.027-6.043 dibandingkan pekan sebelumnya di level support 5.937-5.968 dan resisten 5.994-6.015.
Indikator spinning berada bersinggungan dengan area grafik middle bollinger band. Disisi lain, indikator MACD bergerak naik. Sedangkan indikator RSI, Stochastic, and William’s %R masih berada di sekitar area oversold dan kembali mencoba berbalik naik.
Meski pergerakan IHSG masih di bawah target resisten namun, sudah sedikit lebih baik. Terutama dalam menanggapi sentimen-sentimen yang ada dari global di mana sempat menahan potensi kenaikan yang terjadi.
"Diharapkan masih adanya sejumlah sentimen yang dapat mengimbangi sentimen eksternal. Dari sisi makro ekonomi, akan dirilis angka GDP yang juga diharapkan dapat menambah sentimen positif pada IHSG. Jika tidak, tetap mewaspadai terhadap sentimen yang dapat membuat laju IHSG kembali melemah," jelas Reza.
Adapun beberapa pilihan saham yang bisa dipilih pada pekan ini, antara lain:
1. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS), trading buy selama dapat bertahan di atas 1290. Support 1275-1290. Resisten 1335-1365.
2. PT Jasa Marga Tbk. (JSMR). Trading buy selama dapat bertahan di atas 4875. Support 4625-4875. Resisten 5275-5350.
3. PT Adaro Eenrgy Tbk. (ADRO). Trading buy selama dapat bertahan di atas 1925. Support 1900-1925. Resisten 1980-2100.
4. Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI). Trading buy selama dapat bertahan di atas 985. Support 970-985. Resisten 1025-1040.
5. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM). Trading buy selama dapat bertahan di atas 13700. Support 13475-13700. Resisten 13950-14000.