close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Rupiah dekati Rp14.000 per dollar AS. / Istimewa
icon caption
Rupiah dekati Rp14.000 per dollar AS. / Istimewa
Bisnis
Senin, 23 April 2018 19:55

Rupiah dekati Rp14.000 per dollar AS, BI klaim aman

Nilai tukar rupiah terus terpuruk mendekati level Rp14.000 per dollar Amerika Serikat. Bank Indonesia mengklaim pelemahan rupiah aman.
swipe

Nilai tukar rupiah terus terpuruk mendekati level Rp14.000 per dollar Amerika Serikat. Bank Indonesia mengklaim pelemahan rupiah terbilang masih aman.

Hingga awal pekan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS nyaris menyentuh angka Rp14.000. Namun, Bank Indonesia menilai bahwa pelemahan rupiah tersebut, masih lebih baik jika dibandingkan dengan nilai mata uang negara berekembang lain. Karena itu, BI mengimbau agar masyarakat tidak panik.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Rahmatullah, menjelaskan, pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi di Indonesia. Tekanan kurs rupiah terjadi lantaran faktor eksternal.

Penekan kurs rupiah di antaranya, membaiknya kondisi perekonomian AS yang tumbuh mendekati 3%, dan angka inflasi yang diprediksi bakal sesuai target. Sehingga, kondisi tersebut melambungkan mata uang dollar AS, terutama terhadap negara-negara emerging market.

Tidak hanya mata uang utama, yield valuta asing juga terkerek naik. Lonjakan dollar AS berimbas terhadap seluruh mata uang dunia, termasuk yen, euro, hingga negara-negara berkembang lainnya.  

"Kita lihat juga banyak mata uang emerging market yang tertekan jauh lebih dalam, ada turkish, lira, russian, Brasil, dan seterusnya. Tentunya kita sebagai bagian dari emerging market tidak terlepas dari itu," ujar Rahmatullah, Senin (23/4). 

Direktur Eksekutif Bank Indonesia Agusman meminta masyarakat Indonesia agar tidak panik. Sebab, pelemahan kurs rupiah terjadi lantaran faktor global. 

Dia menjabarkan, nilai tukar mata uang negara-negara emerging market lainnya justru terdepresiasi lebih dalam jika dibandingkan dengan rupiah sejak awal tahun (year-to-date/ytd)

Misalnya saja, peso Filipina terdepresiasi 4,15%, rupee India tertekan 3,38%, dan real Brasil terkoreksi 2,81%. Depresiasi terdalam terjadi pada lira Turki yang tertekan 6,54% ytd.

"Indonesia relatif 2,23% depresiasinya. Masih banyak yang lebih parah dari kita, jadi memang kita paham dengan kejadian ini," terang Agusman. 

Agusman juga menjelaskan, pembagian dividen valas bagi investor asing rutin terjadi dan menjadi faktor tekanan terhadap rupiah. Namun, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

Justru, sambungnya, faktor ekonomi global di luar dugaan yang seharusnya dicermati oleh pelaku pasar keuangan. Publik diharap tidak panik atas kondisi tersebut.

Bank sentral memastikan bakal melakukan intervensi di pasar keuangan untuk stabilisasi kurs rupiah. Terlebih, current account deficit (CAD) saat ini masih sehat dan aman.

"CAD 53 masih sehat aman kita jaga. Kita lagi bangun ada impor, tapi juga ada ekspor. Kita minta semua masyarakat supaya secara psikologis kita bisa menghadapi ini," pungkas Agusman. 

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan