Saat kurs rupiah jeblok menembus level Rp14.000 per dollar Amerika Serikat, Indeks harga saham gabungan (IHSG) justru melonjak 1,6% ke level 5.885,09.
William Surya Wijaya, Vice President Research Department PT Indosurya Bersinar Sekuritas, mengatakan IHSG pada perdagangan Selasa (8/5) diproyeksi bergerak menguat pada rentang 5.760-6.002.
"Pekan yang pendek akan cukup memberikan pengaruh terhadap pergerakan IHSG," katanya dalam riset, Senin (7/5).
Kendati demikian, dia memerkirakan potensi kenaikan masih terlihat cukup besar. Sehingga, target resistance level masih berpeluang untuk dapat ditembus dalam beberapa waktu mendatang.
Dia menjelaskan, potensi menembus target level resistance terjadi lantaran kondisi IHSG dalam jangka panjang masih berada dalam jalur uptrend.
Penguatan IHSG pada perdagangan awal pekan ini mencapai 92,75 poin ke level tertinggi harian 5.885,09. Pada perdagangan hari ini, transaksi mencapai Rp8,87 triliun.
Meski IHSG bergerak di zona hijau, koreksi Indeks masih berada pada area merah dengan koreksi 7,4% sejak awal tahun (year-to-date/ytd). Namun, IHSG menjadi lantai bursa dengan penguatan tertinggi kedua di Asean setelah Vietnam yang naik 3,45%.
Hampir seluruh sektor di Bursa Efek Indonesia mengalami penguatan, kecuali aneka industri yang terkoreksi 1,49%. Sektor consumer goods menjadi motor penguat dengan lonjakan 5,09%.
Kendati IHSG menguat, pelaku pasar asing tampaknya masih melepas portofolio. Aksi jual bersih asing masih terjadi senilai Rp665,81 miliar dan mempertebal net sell sejak awal tahun menjadi Rp36,67 triliun.
Pada saat bersamaan kurs rupiah yang tercatat di data Bloomberg pada perdagangan Senin (7/5), merosot hingga level Rp14.003 per dollar AS. Kurs rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp14.001 per dollar AS.
Level penutupan pada perdagangan hari ini terdepresiasi 0,4% sebesar 57 poin dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya Rp13.945 per dollar AS. Sepanjang hari ini, dollar AS diperdagangkan pada rentang Rp13.949-Rp14.003.
Di pasar spot, kurs rupiah menjadi depresiasi terdalam selama 52 pekan terakhir atau sepanjang tahun. Bahkan, terakhir kalinya rupiah menyentuh level Rp14.000 adalah pada 2 Oktober 2015.
Depresiasi rupiah tercatat telah melemah 3,29% sebesar Rp446 per dollar sejak awal tahun 2018. Akhir 2017, kurs rupiah terhadap dollar AS mencapai Rp13.555.
Sementara itu, Bank Indonesia mencatat kurs tengah juga terdepresiasi ke level Rp13.956 dari hari sebelumnya Rp13.943 per dollar AS. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta ditutup melemah 40 poin ke level Rp13.973 per dollar AS.