close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kurs rupiah jeblok menyentuh level Rp14.000 per dollar AS, membuat Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 1,24%. / Istimewa
icon caption
Kurs rupiah jeblok menyentuh level Rp14.000 per dollar AS, membuat Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 1,24%. / Istimewa
Bisnis
Selasa, 24 April 2018 17:44

Rupiah jeblok, IHSG kembali anjlok

Kurs rupiah jeblok menyentuh level Rp14.000 per dollar AS, membuat Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 1,24%.
swipe

Kurs rupiah jeblok menyentuh level Rp14.000 per dollar AS, membuat Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 1,24%.

Pada perdagangan Selasa (24/4), IHSG ditutup terkoreksi 1,24% sebesar 78,5 poin ke level 6.229,63 dari sebelumnya 6.308,14. 

"Nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi terhadap dolar AS menjadi salah satu faktor yang menahan pergerakan IHSG," ujar Analis Teknikal Panin Sekuritas, William Hartanto di Jakarta, dilansir Antara, Selasa (24/4).

Dia mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat sebagian investor khawatir kinerja emiten akan terpengaruh, terutama yang bergantung pada bahan baku impor.

Menurutnya, investor asing yang melanjutkan aksi lepas saham turut mempengaruhi IHSG. Berdasarkan data BEI, investor asing membukukan jual bersih atau foreign net sell sebesar US$659,47 miliar pada Selasa (24/4).

Kendati demikian, menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah relatif jangka pendek dikarenakan Bank Indonesia tentu melakukan intervensi di pasar, sehingga pergerakannya relatif masih akan stabil.

Dia menyarankan agar investor memilih saham dengan selektif, di tengah pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung melemah ini maka emiten berbasis ekspor dapat menjadi pilihan untuk diakumulasi sahamnya.

Sementara itu, tercatat frekuensi perdagangan sebanyak 384.855 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 11,424 miliar lembar saham senilai Rp7,296 triliun. Sebanyak 125 saham naik, 254 saham menurun, dan 108 saham tidak bergerak nilainya atau stagnan.

Bursa regional, di antaranya indeks bursa Nikkei naik 190,08 poin (0,86%) ke 22.278,11, indeks Hang Seng menguat 381,84 poin (1,26%) ke 30.636,24 dan Straits Times menguat 5,02 poin (0,14%) ke posisi 3.584,56.

Setelah terkoreksi, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (24/4), bergerak menguat sebesar 84 poin menjadi Rp13.878 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.962 per dolar AS.

"Adanya intervensi Bank Indonesia di pasar valas membuat pergerakan nilai tukar rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS," ujar pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova.

Dia mengatakan, BI cukup sigap dalam menjaga nilai tukar rupiah agar tetap stabil sehingga tidak mengganggu aktivitas ekonomi nasional. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi nasional dapat tercapai sesuai target.

Di sisi lain, lanjut dia, lelang surat utang negara yang dilaksanakan pada hari ini (24/4) juga turut mendorong nilai tukar rupiah mengalami apresiasi. Lelang itu, mendorong permintaan terhadap mata uang rupiah meningkat.

"Indonesia memiliki outlook ekonomi yang positif, apalagi didukung juga oleh peringkat utang Indonesia yang berada di level investment grade, sehingga SUN akan terserap pasar," katanya.

Dia menilai, situasi ekonomi Indonesia yang masih cukup kondusif akan berdampak positif bagi rupiah untuk jangka menengah dan panjang. Dengan demikian, pelemahan rupiah saat ini relatif jangka pendek.

"Secara intraday, pergerakan rupiah akan fluktuatif seiring dengan sentimen yang muncul, namun untuk jangka menengah dan panjang rupiah masih dalam tren positif," katanya.

Rully Nova mengatakan, dalam jangka pendek ini pelaku pasar uang cenderung fokus pada bank sentral Amerika Serikat (The Fed) terkait kebijakan suku bunga acuannya yang dikabarkan naik dalam waktu dekat.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (24/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.900 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.894 per dolar AS.

Efek rupiah

Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah, menyoroti dampak psikologis dari pelaku pasar terhadap tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Yang mengkhawatirkan adalah dampak psikologisnya. Pada waktu (menyentuh) Rp14.000, bagaimana tanggapan dari pasar. Kalau pelaku pasarnya panik, itu yang bahaya," kata Piter dalam konferensi pers di Jakarta.

Piter menilai tekanan eksternal membuat nilai tukar rupiah terdepresiasi pada triwulan I-2018. Ia tidak terlalu mengkhawatirkan apabila posisi nilai tukar rupiah menyentuh Rp14.000 per dollar AS selama kondisi tersebut tidak menimbulkan kepanikan pelaku pasar.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (24/4), bergerak menguat sebesar 84 poin menjadi Rp13.878 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.962 per dolar AS.

Piter mengatakan bahwa instrumen intervensi memanfaatkan cadangan devisa merupakan kebijakan yang paling cepat dan pasti dilakukan pada saat nilai tukar rupiah melemah. Ia menilai cadangan devisa Indonesia masih mencukupi untuk langkah intervensi tersebut.

Selain itu, Piter juga menjelaskan terdapat alternatif kebijakan selain intervensi yang dapat ditempuh Bank Indonesia untuk menahan pelemahan rupiah. Salah satu kebijakan tersebut yaitu pengelolaan aliran modal (capital flow management).

Kebijakan capital flow management tersebut tidak bisa digunakan secara mendadak atau pemanfaatannya harus dilakukan jauh hari sebelum BI mengantisipasi terjadinya pelemahan nilai tukar.

"Kebijakan itu dengan cara mengatur agar supaya investasi yang masuk tidak mudah untuk keluar. Kita relatif tidak cukup ketat mengatur ini," tutur Piter.

img
Sukirno
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan