Kurs rupiah yang yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (30/11) sore ini menguat sebesar 80 poin menjadi Rp14.281 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.361 per dollar AS.
Di pasar spot seperti dikutip dari Bloomberg, kurs rupiah juga menguat 0,56% sebesar 81 poin ke level Rp14.301 per dollar AS. Apresiasi rupiah membuat capaian koreksi sejak awal tahun menipis menjadi 5,51%.
"Faktor eksternal menjadi salah satu faktor yang membuat mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dollar AS," ujar Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong di Jakarta, Jumat (30/11).
Ia mengemukakan sejak Ketua the Fed Jerome Powell menyatakan suku bunga berada sedikit di bawah netral, maka kenaikan suku bunga tidak akan agresif.
"Sikap dovish itu membuat dollar AS tertekan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah," katanya.
Selain itu, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang relatif rendah juga turut membantu apresiasi mata uang rupiah.
"Harga minyak mentah dunia yang rendah akan membantu kinerja neraca perdagangan," katanya.
Ia menambahkan optimisme pemerintah terhadap perekonomian Indonesia yang masih akan terus tumbuh turut menjadi faktor yang menopang mata uang rupiah.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (30/11), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.339 dibanding sebelumnya (29/11) di posisi Rp14.408 per dollar AS.
IHSG merah
Dari lantai bursa, Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir pekan ini ditutup melemah di zona merah yang dipicu aksi jual investor asing.
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah sebesar 51,04 poin atau 0,84% menjadi 6.056,12. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 11,20 poin atau 1,15% menjadi 966,45.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido di Jakarta, mengatakan aksi lepas investor asing menjadi salah satu faktor yang menekan IHSG pada akhir pekan ini.
"Aksi lepas asing itu wajar mengingat dalam beberapa hari terakhir ini mereka cenderung masuk, dan sekarang ini mereka merealisasikan sebagian keuntungannya," katanya.
Berdasarkan data BEI, investor asing membukukan jual bersih atau foreign net sell di pasar reguler sebesar Rp477,67 miliar pada akhir pekan ini.
Menurut dia, aksi lepas saham oleh investor asing diproyeksikan hanya sementara mengingat minimnya sentimen negatif yang beredar bagi pasar saham.
"Dari eksternal, the Fed memberi sinyal dovish untuk suku bunganya, itu merupakan sentimen positif bagi pasar saham," ujarnya.
Sementara dari dalam negeri, lanjut dia, sentimennya juga cukup kondusif, ekonomi Indonesia masih dapat terus tumbuh ke depannya.
Sementara itu tercatat, frekuensi perdagangan saham pada hari ini (30/11) sebanyak 447.274 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 14,06 miliar lembar saham senilai Rp16,78 triliun.
Bursa regional, di antaranya indeks Nikkei menguat 88,46 poin (0,40%) ke 22.351,06, indeks Hang Seng menguat 55,72 poin (0,21%) ke 26.506,75, dan indeks Strait Times menguat 8,17 poin (0,26%) ke posisi 3.117,61.