close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (30/5). / Antara Foto
icon caption
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (30/5). / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 31 Mei 2018 05:42

Rupiah lemah, BI prediksi inflasi akhir 2018 capai 3,6%

Bank Indonesia memprediksi Inflasi sampai akhir 2018 sebesar 3,6% seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah.
swipe

Bank Indonesia memprediksi Inflasi sampai akhir 2018 sebesar 3,6% seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. 

Hal ini sejalan dengan kebijakan BI dalam menaikkan BI 7-days reverse repo rate (BI 7-DRRR) sebesar 25 basis poin ke level 4,75%.

Gubernur BI Perry Warjiyo juga mengutarakan defisit transaksi akhir tahun ini diproyeksi  di bawah 2,5% dan kenaikan Fed fund rate (FFR) yang diperkirakan naik tiga kali sepanjang 2018. 

"Oleh karena itu, kami akan mengkaliberasi untuk bulan yang akan datang berbagai perkembangan tadi, inflasi, defisit transaksi berjalan, pertumbuhan ekonomi, kredit dalam negeri, indikator luar negeri. Kemudian dampak fiskalnya terhadap US treasury bond yield, dan risiko keuangan global, emerging market bond index. Itu yang kita kaliberasi ke depannya," jelas Perry di kantornya, Rabu (30/5).

Selain itu, kata Perry, dampak kenaikan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi akan  cukup lama dengan elastisitas yang lebih kecil. Sedangkan, sektor konsumsi diproyeksi tidak akan terpapar dampak kenaikan suku bunga.

Menurut dia, porsi kredit ke konsumsi sangat kecil, kecuali kredit modal kerja dan kredit investasi. "Memang konsumsi lebih dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Makanya, kalau ada gaji ke-13 atau THR, bisa menaikkan konsumsi," tuturnya.

Lebih lanjut Perry menjelaskan, dampak kenaikan BI 7DRRR terhadap pertumbuhan ekonomi masih berada pada kisaran 5,2% dan pertumbuhan kredit sebesar 10% year-on-year (yoy). Kebijakan ekonomi makroprudensial pun, kata dia, akan segera dikeluarkan dan akan dibahas dalam rapat dewan gubernur (RDG) pada akhir Juni 2018. 

Untuk itu, dia memastikan data yang dimiliki BI dan kebijakan yang dimilikinya sudah terukur dengan baik. Di bawah kepemimpinannya, Perry memastikan akan melalukan langkah pre-emptive, front loading, dan ahead the curve, untuk merespons perkembangan indikator domestik dan luar negeri. 

"Karena itu masih adanya ruang untuk kenaikan suku bunga secara terukur. Tapi akan disesuaikan dengan inflasi, kondisi global, suku bunga, kadar-kadarnya bukan dosis tinggi dan segala macam," imbuh Perry. 

Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Doddy Budi Waluyo menjelaskan, proyeksi inflasi yang ditetapkan tersebut masih masuk dalam kisaran proyeksi yang sama yakni 3,5% plus minus 1%. 

Perikiraan infalsi yang sebesar 3,6% tersebut, kata Doddy, sudah termasuk ke dalam imported inflation karena pelemahan rupiah dan harga komoditas.

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan