Pergerakan nilai tukar rupiah pada pagi ini menunjukkan tren negatif. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp 14.053 per US$. Tetapi sekitar pukul 11.20 WIB, rupiah terdepresiasi cukup dalam menjadi Rp 14.137 per US$. Hingga pukul 10.55 WIB, rupiah diperdagangkan dalam kisaran Rp 14.053-Rp 14.138.
Pengamat Valas Farial Anwar mengatakan kenaikan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal, terutama membaiknya perekonomian di AS sehingga investor banyak yang keluar dari negara berkembang, seperti Indonesia.
"Membaiknya perekonomian di AS membuat investor berkeyakinan kalau imbal hasil yang ditawarkan relatif lebih baik," kata dia saat dihubungi Alinea.
Sementara di dalam negeri, data perekonomian belum seperti yang diharapkan. Salah satunya adalah terjadinya defisit perdagangan pada April. Neraca perdagangan Indonesia kembali defisit pada April 2018 sebesar US$ 1,63 miliar. Dengan begitu, perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 1,31 miliar di sepanjang tahun ini.
Sementara Ekonom dari Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan dollar AS bergerak menguat terhadap beberapa mata uang utama dunia didorong kembali naiknya obligasi Amerika Serikat ke level 3,12%. Hal ini terjadi seiring kuatnya data tenaga kerja di Amerika Serikat.
"Data klaim pengangguran di Amerika Serikat cenderung terus menurun, menjaga perekonomiannya," katanya seperti dilansir Antara.
Data klaim pengangguran di Amerika Serikat selama empat pekan berturut-turut turun sebesar 2.750 menjadi 213.250. Kondisi itu mendorong ekspektasi pasar bahwa unemployment rate akan stabil di kisaran 3,9% pada Mei.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia yang memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate diharapkan dapat menjaga fluktuasi mata uang rupiah lebih stabil terhadap dollar AS.