Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang terdiri dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan rapat di Kemenkeu. Rapat di Kemenkeu tersebut membahas permasalahan ekonomi di Indonesia salah satunya soal stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, guna memperkuat koordinasi antara BI dengan pemerintah dan OJK. Koordinasi dilakukan guna menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka pendek.
"Lalu bagaimana saling berkoordinasi mendorong pertumbuhan," kata Perry usai menjalani rapat di Kemenkeu pada Selasa (3/7).
Rapat juga membahas terkait rupiah yang terus terdepresiasi yang saat ini menyentuh hampir Rp 14.500. Perry menegaskan BI akan selalu ada di pasar untuk melakukan langkah-langkah stabilitasi di pasar valas demi melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Caranya dengan intervensi di pasar valas maupun pembelian surat berharga nasional (SBN) di pasar sekunder. Perry juga yakin dengan adanya lelang dari SBN diharapkan bisa menambah investasi dengan menambah suplai dari dollar dan menstabilkan rupiah.
Sebelumnya, bank sentral telah menaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada pekan lalu. Langkah ini dilakukan guna menarik minat investor asing kembali datang ke pasar Indonesia.
Meski begitu, diakui Perry investor asing belum terlalu tertarik untuk masuk ke pasar Indonesia. Makanya perlu intervensi valas oleh BI.