Ketegangan sektor perdagangan global dan prospek kenaikan suku bunga AS adalah kombinasi mematikan bagi mata uang pasar berkembang. Terbukti, nilai tukar rupiah sudah menembus level Rp14.300 per dollar AS pada perdagangan sesi siang, Kamis (28/6).
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah dibuka dilevel Rp14.123 per dollar AS pada sesi pagi. Rupiah diperdagangkan dikisaran Rp 14.171 - 14.335 per dollar AS.
Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga mengatakan nilai tukar dollar AS sangat terangkat oleh prospek kenaikan suku bunga the Fed dan ketidakpastian geopolitik. Akibatnya, mata uang rupiah berisiko melemah. "Rupiah terancam terus melemah," kata dia, Kamis (28/6).
Itulah sebabnya, perhatian investor akan tertuju pada rapat kebijakan Bank Indonesia. Terutama terkait langkah Bank Indonesia untuk kembali meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Bank Indonesia telah dua kali mengerek suku bunga acuannya di Mei sebagai upaya menyelamatkan nilai tukar rupiah dari perkasanya dollar AS, serta menarik arus masuk modal. Depresiasi Rrpiah terutama terjadi karena faktor eksternal. "BI mungkin memperketat kebijakan lagi untuk membantu mata uang domestik," kata dia.
Sementara pengamat pasar modal M Chairul Imran mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan kondisi perekonomian yang kurang kondusif. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang stagnan, defisit APBN semakin besar, serta defisit neraca perdagangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan pada Mei 2018 mengalami defisit sebesar US$ 1,52 miliar. Penyebabnya, sektor migas yang mengalami defisit sebesar US$ 1,24 milliar dan nonmigas US$ 0,28 miliar.
Dengan begitu, sepanjang tahun ini, defisit neraca perdagangan Indonesia sudah mencapai US$2,83 miliar. Indonesia baru mencatatkan sekali surplus neraca perdagangan, yaitu pada Maret sebesar US$ 1,12 miliar.