close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sejumlah emiten consumer goods mencatat kinerja positif sepanjang 2018. / Pixabay
icon caption
Sejumlah emiten consumer goods mencatat kinerja positif sepanjang 2018. / Pixabay
Bisnis
Minggu, 24 Maret 2019 03:15

Saham konsumer diprediksi moncer selama tahun politik

Sejumlah emiten consumer goods mencatat kinerja positif sepanjang 2018.
swipe

Emiten sektor barang konsumsi atau consumer goods telah merilis laporan keuangan sepanjang 2018. Sejumlah emiten consumer yang mencatat kinerja positif tahun lalu yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).

Dalam laporannya, UNVR mencatatkan kenaikan laba hingga 30,1% sepanjang tahun 2018 menjadi Rp 9,1 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp7 triliun. Hal itu ditopang dengan penjualan bersih senilai Rp41,8 triliun atau meningkat 1,5% dari tahun sebelumnya senilai Rp41,2 triliun.

Emiten konsumer di bawah Grup Salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) mengantongi laba bersih Rp4,16 triliun. Naik tipis 0,23% dari tahun sebelumnya Rp4,15 triliun. INDF mencatat pendapatan perseroan tumbuh 4,57% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp73,39 triliun dari penjualan sepanjang 2017 senilai Rp70,18 triliun.

Terakhir, HMSP sepanjang 2018 mencatatkan kenaikan laba bersih 6,85% menjadi Rp13,54 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp12,67 triliun.

Direktur Utama Indofood Anthoni Salim mengatakan tantangan yang dihadapi perusahaan consumer sepanjang 2018 adalah kondisi harga komoditas yang kurang mendukung.

"Tahun 2018 tetap menjadi tantangan bagi kami dengan kondisi harga komoditas yang kurang mendukung. Namun, Indofood tetap menunjukkan ketangguhan, tercermin dari pertumbuhan positif baik pada nilai penjualan maupun keuntungan," kata Anthoni dalam siaran persnya, Jumat (22/3).

Adapun Indofood akan tetap fokus pada keunggulan daya saing guna meraih berbagai peluang di pasar domestik dan ekspor untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.

Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan indeks sektor konsumer memang cukup menarik di tahun pemilu. Menurutnya, rata-rata saham sektor tersebut mencatatkan kenaikan. 

"Secara indeksnya, pada 2014 mengalami kenaikan sebesar 22.2%, pada 2009 sebesar 105.39% dan pada 2004 sebesar 23.94%," kata Lanjar saat dihubungi Alinea.id, Jumat (22/3).

Lanjar menyebut, kinerja sub sektor produsen makanan mayoritas rata-rata naik pendapatannya sebesar 16,60% dengan kenaikan tertinggi pada saham PT Buyung Poetra Sembada Tbk. (HOKI) dengan revenue growth 48,24% disusul PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) sebesar 33.10%. 

Selanjutnya, sub sektor produsen rokok mayoritas naik rata-rata 10,97%. Pada saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dengan kenaikan pendapatan melebihi rata-rata sebesar 15,54%.

"Secara keseluruhan memang cukup menarik pada tahun ini mayoritas kinerja keuangan saham-saham konsumer diekspektasikan positif," ucapnya.

Melaju tanpa rintangan

Lanjar menyebut sektor konsumen pada tahun ini hampir tidak memiliki tantangan atau sentimen negatif. "Misal, produsen rokok tiap tahun memiliki tantangan kenaikan cukai rokok, tetapi di tahun ini tidak ada kenaikan cukai rokok," ujarnya.

Selain itu, daya beli masyarakat diperkirakan tumbuh menjelang pemilu dan setelah pemilu di tahun ini. Meski demikian, para emiten tersebut diharapkan terus berinovasi dengan varian produk makanan yang lebih disenangi milenial saat ini.

Adapun beberapa rekomendasi saham pilihannya yaitu saham INDF jangka pendek Rp7.600 dan jangka panjang Rp8.550, saham ICBP jangka pendek Rp10.950 dan jangka panjang Rp12.200.

Kemudian saham KLBF jangka pendek Rp1.565 dan jangka panjang Rp1.770, saham GGRM jangka pendek Rp92.500 jangka panjang Rp 100.800. 

"Selanjutnya saham HMSP dengan target price (TP) untuk jangka pendek Rp3.880 dan jangla panjang Rp4.100," kata dia.

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan pada tahun ini sektor konsumer diproyeksi positif. Sebab, tingkat konsumsi masyarakat yang akan diproyeksi terus membaik dan kebijakan pemerintah yang mengakomodasi peningkatan konsumsi masyarakat. 

Di sisi lain, perayaan tahun politik diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat.

"Negara kita masyarakat cenderung konsumtif, sehingga bisa mendorong kinerja sektor konsumer," kata Nafan.

Menurutnya, tantangan bagi sektor konsumer di tahun ini yaitu menunggu hasil perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. "Perlambatan pertumbuhan ekonomi global juga dinilai dapat mejadi tantangan bagi sektor tersebut," kata Nafan.

Hampir sama dengan Lanjar, Nafan merekomendasikan saham ICBP, INDF, KLBF dan HMSP.

Hal ini ditopang oleh penjualan bersih senilai Rp106,74 triliun atau naik 7,72% dibandingkan dengan penjualan bersih pada 2017 senilai Rp99,09 triliun.

Adapun kabar adanya kenaikan cukai rokok sempat mengancam pertumbuhan penjualan perseroan. Namun pemerintah memastikan di tahun ini tidak menaikkan cukai rokok.

Menurut Lanjar, cukai tembakau yang tidak naik akan menambah dorongan positif dari kinerja keuangan saham-saham produsen rokok. Sehingga untuk saat ini, saham rokok masih layak di koleksi. Meski begitu, ada banyak tantangan pada industri ini.

Pertama, kata Lanjar, yaitu regulasi pemerintah baik mengenai penjualan, desain produk, area merokok dan sponsorship. Kedua, mengenai kampanye anti tembakau dari WHO yang terus menyasar generasi muda. Ketiga, peralihan konsumen dari rokok tembakau ke rokok elektrik.

Hanya saja, dari tantangan di atas, dua tantangan mereda. Pertama, regulasi pemerintah dari sisi penjualan yang tidak menaikkan cukai tembakau, meskipun dari desain produk dan sponsorship masih dibatasi. Kedua, prospek peralihat konsumen dari rokok tembakau ke rokok elektrik pun mereda.

“Dengan cukai yang stagnan, tentunya margin pendapatan emiten rokok semakin menebal. Di sisi lain, volume penjualan berpotensi meningkat bila harga jual tidak dinaikkan,” katanya.


 

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan