Geliat perekonomian belum memperlihatkan tanda-tanda penguatan yang berarti memasuki kuartal III-2019. Kinerja ekspor dan investasi masih menghadapi persoalan sebagai dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang masih berlanjut.
Analis Bahana Sekuritas Giovanni Dustin mengatakan satu-satunya yang masih memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi domestik yakni konsumsi masyarakat.
Giovanni menilai sektor saham konsumer masih cukup menjanjikan untuk jangka panjang. Meskipun, untuk jangka pendek hingga menengah masih akan terlihat adanya tantangan.
‘’Turunnya kinerja industri labor-intensive dalam 5 tahun terakhir ini, telah berdampak pada lebih tingginya serapan tenaga kerja untuk paruh waktu dibanding jumlah tenaga kerja sepenuh waktu,’’ ujar Giovanni.
Hal tersebut, lanjutnya, berdampak pada pola belanja masyarakat yang lebih beragam antara kebutuhan akan barang premium dengan barang-barang produksi massal.
Giovanni menilai dalam jangka pendek, tantangan terhadap sektor konsumer akan bersumber dari risiko lemahnya serapan tenaga kerja untuk sepenuh waktu dan persaingan yang masih akan ketat untuk kategori produk yang pertumbuhannya cukup pesat.
Demi mempertahankan kinerja positif, Giovanni memperkirakan, perusahaan akan melakukan inovasi produk atau melakukan repackaging atau penyesuaian terhadap ukuran/volume atas barang tertentu.
"Dengan melihat kondisi perekonomian terkini dan ke depannya, kami memberi rekomendasi beli atas saham Unilever Indonesia dengan target harga Rp52.200/lembar saham. Sebab, Unilever memiliki produk yang lebih beragam mulai untuk masyarakat segmen atas hingga bawah," tutur Giovanni.
Giovanni melanjutkan, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) merupakan salah satu perusahaan yang cukup disiplin dalam menjaga kesehatan keuangannya. Hal tersebut terlihat dalam lima tahun terakhir, UNVR mampu membukukan kinerja yang positif dengan margin yang stabil di kisaran 23% setiap tahunnya.
‘’Untuk beberapa jenis produk, Unilever menjadi market leader dan memiliki brand global. Untuk segmen personal care yang persaingannya cukup ketat dalam lima tahun terakhir ini, Unilever semakin aktif mengeluarkan produk-produk baru sehingga mampu bersaing demi menjaga market share,’’ ujarnya.
Giovanni juga memberikan rekomendasi beli pada PT Mayora Indah Tbk., dengan target harga Rp2.900/lembar saham. Sebab, perusahaan ini sudah cukup memiliki nama yang kuat untuk beberapa segmen tertentu.
Untuk segmen makanan khususnya biskuit yang persaingannya cukup ketat, kata Giovanni, perusahaan berkode saham MYOR ini memiliki prospek yang stabil.
Giovanni melanjutkan, dengan kondisi Indonesia terkini ketika permintaan akan kopi dan produk-produk yang terkait dengan kopi sedang naik daun, akan berdampak positif pada penjualan baik untuk domestik maupun ekspor Mayora.
"Mayora memiliki brand equity yang kuat untuk makanan ringan seperti biskuit, permen, dan cokelat, yang produknya banyak dicari semua kalangan masyarakat," tutur Giovanni.
Pada pembukaan perdagangan sesi kedua, Selasa (1/10), saham milik Unilever dibuka menguat 0,16% sebesar 75 poin pada level Rp46.575 per saham.
Kemudian, saham milik Mayora cenderung bergerak volatil dan dibuka stagnan di level Rp2.230 per saham pada pembukaan perdagangan sesi kedua.
Selain kedua emiten tersebut, salah satu saham sektor konsumer lainnya, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) dibuka melemah 0,92% ke level Rp1.610 per saham pada pembukaan perdagangan sesi kedua.