close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sandiaga Salahuddin Uno kembali menjual saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG).  / Antara Foto
icon caption
Sandiaga Salahuddin Uno kembali menjual saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 28 Maret 2019 17:20

Sandiaga Uno jual 8,7 juta lembar saham Saratoga jelang pilpres 2019

Sandiaga Salahuddin Uno kembali menjual saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG).
swipe

Sandiaga Salahuddin Uno kembali menjual saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Calon wakil presiden nomor urut 02 ini melepas 8,4 juta saham SRTG dengan total nilai Rp31,72 miliar.

“Total nilai penjualan saham di Saratoga mencapai Rp31,72 miliar. Tujuan transaksi untuk divestasi,” tulis Sandiaga Uno dalam pengumuman pada laman Bursa Efek Indonesia, Selasa (27/3).

Mengutip pengumuman itu, penjualan saham di SRTG ini terbagi dalam dua transaksi yaitu pada 20 Maret 2019 sebanyak 6,4 juta lembar saham dengan posisi harga Rp3.776 per lembar. Nilai penjualannya mencapai Rp24,17 miliar.

Transaksi kedua berlangsung pada 26 Maret 2019 dengan menjual 2 juta lembar saham pada posisi harga Rp3.776 per lembar. Nilai penjualannya mencapai Rp7,6 miliar.

Dengan demikian, kepemilikan saham Sandiaga Uno di Saratoga Investama Sedaya saat ini menjadi 605.365.429 lembar saham atau 22,3138% dari semula sebanyak 613.765.429 lembar atau 22,6234%.

Sebelumnya, Sandiaga Uno juga telah menjual saham SRTG sejak Oktober hingga Desember 2018.

Rugi bersih Saratoga Rp6,2 triliun

Sementara itu, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) mencatatkan rugi bersih senilai Rp6,2 triliun sepanjang 2018. Padahal, perusahaan investasi milik pengusaha dan politikus Sandiaga Uno ini mengantongi laba bersih senilai Rp3,27 triliun pada 2017.

Presiden Direktur Saratoga Michael Soeryadjaya menjelaskan, kerugian ini disebabkan oleh pergerakan saham anak usaha yakni PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan PT Tower Bersama Infrastucture Tbk. (TBIG) yang fluktuatif pada 2018. 

“Kami telah mencatat kerugian bersih yang belum direalisasi," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (26/3).

Kerugian bersih yang belum direalisasi ini berkaitan dengan perubahan nilai wajar saham yang tersedia untuk dicatat dalam akun keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum dilaporkan.

Kerugian karena turunnya harga saham yang belum terealisasi ini pun karena Saratoga masih memegang ekuitas anak usahanya.

Mengutip laporan keungan perusahaan, kerugian atas investasi pada efek ekuitas mencapai Rp7,25 triliun pada 2018. Sedangkan pada 2017, perusahaan mencatatkan keuntungan Rp2,35 triliun. 

Adapun kinerja negatif SRTG ini disebabkan oleh naiknya kerugian neto selisih kurs dari rugi Rp27,8 miliar pada 2017 menjadi Rp150,3 miliar pada 2018. Artinya, kerugian neto selisih kurs naik 99,4% dalam setahun. 

Saat ini, total aset perusahaan Saratoga senilai Rp20,1 triliun. Aset tersebut diatribusikan ke perusahaan investasi yang fokus pada tiga sektor utama, yaitu sumber daya alam, infrastruktur dan konsumen barang dan jasa. 

Sementara itu, perusahaan mencatatkan pendapatan Rp1,14 triliun dari dividen, bunga, dan investasi lainnya. Capaian tersebut menurun 25,5% dari penghasilan pada 2017 senilai Rp1,53 triliun. Jika dirinci, pendapatan dari dividen senilai Rp900 miliar yang diperoleh dari enam perusahaan investasi pada 2018. 

Meski menurun, Michael menilai hasil ini menunjukkan kinerja operasional dan bisnis yang kuat dari perusahaan investasi. "Tidak hanya pertumbuhan pendapatan dividen selama bertahun-tahun, tetapi yang lebih penting, diversifikasi perusahaan investasi yang berkontribusi pada dividen," ujarnya. 

Chief Financial Officer (CFO) Saratoga Lany Wong menambahkan, kinerja perusahaan dipengaruhi oleh sejumlah aksi korporasi perusahaan investasi melalui akuisisi dan divestasi di sektor Sumber Daya Alam (SDA) dan konsumer. 

Lebih lanjut, ke depannya, Saratoga terus mendorong investasi-investasi baru, baik secara langsung maupun lewat perusahaan investasi. Selain itu, Saratoga akan tetap fokus di tiga sektor utama. Namun mereka juga terbuka terhadap peluang-peluang baru, seperti hinvestasi di sektor teknologi. 

"Di tengah dinamika bisnis yang akan terus berlangsung, kami harapkan portofolio bisnis Saratoga akan tetap solid dan tumbuh secara berkelanjutan,” ujar dia. 

Sebagai informasi, sebelumnya Sandiaga Uno sudah beberapa kali menjual saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sejak Oktober hingga Desember 2018, dengan rincian berikut.

1. Pada 2 Oktober 2018 menjual sebanyak 12.000.000 saham pada harga Rp3.776 per lembar. Dengan demikian, Sandi meraih dana senilai Rp45,31 miliar. 

2. Pada 3 Oktober 2018 menjual sebanyak 39.400.000 saham pada harga Rp3.776 per lembar. Dengan demikian, Sandi meraih dana senilai Rp148,77 miliar. 

3. Pada 8 Oktober 2018 menjual sebanyak 28.000.000 saham pada harga Rp3.776 per lembar. Dengan demikian, Sandi meraih dana senilai Rp105,73 miliar. 

4. Pada 9 Oktober 2018 menjual sebanyak 2.100.000 saham pada harga Rp3.802 per lembar. Dengan demikian, Sandi meraih dana senilai Rp7,99 miliar. 

5. Pada 26 November 2018 menjual 10.000.000 saham pada harga Rp3.776 per lembar. Dengan demikian, Sandi meraih dana senilai Rp37,76 miliar. 

6. Pada 27 November 2018 menjual 5.000.000 saham pada harga Rp3.776 per lembar. Dengan demikian, Sandi meraih dana senilai Rp18,88 miliar. 

7. Pada 28 November 2018 menjual sebanyak 15.900.000 saham pada harga Rp3.776 per lembar. Dengan demikian, Sandi meraih dana senilai Rp60,03 miliar. 

8. Pada 3 Desember 2018 menjual sebanyak 10.000.000 saham pada harga Rp3.776 per lembar. Dengan demikian Sandi meraih dana senilai Rp37,76 miliar. 

9. Pada 4 Desember 2018 menjual sebanyak 10.900.000 saham pada harga Rp3.776 per lembar. Dengan demikian, Sandi meraih dana senilai Rp41,16 miliar.  

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan