Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan hingga di atas level Rp15.000 per dollar AS. Berdasarkan data Yahoo Finance pada pukul 11.52 WIB, per satu dollar AS berada di level Rp15.020. Di waktu yang sama, Bloomberg mencatat 1 dollar AS dihargai Rp15.025.
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate pagi ini berada di Rp 14.988 per dollar AS. Posisi Jisdor ini pun melemah 0,56% ketimbang posisi kemarin pada Rp 14.905 per dollar AS.
Pelemahan nilai tukar rupiah ini beriringan dengan pelemahan sebagian besar mata uang Asia. Berdasarkan data Bloomberg, hanya nilai tukar yuan yang hari ini menguat terhadap dollar AS.
Ekonom Institute for Development of Economics dan Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, faktor global dan domestik sama-sama mendominasi pergerakan rupiah hari ini.
"Kenaikan harga minyak mentah hingga US$85 per barel atau melonjak 28% dari awal tahun (ytd) dan potensi tembus US$90 per barel dalam waktu dekat," ungkapnya saat dihubungi Alinea.id, Senin (2/10).
Hal tersebut disebabkan berkurangnya pasokan pascaboikot minyak Iran yang diserukan Trump. Bagi negara net importir minyak seperti Indonesia, naiknya harga minyak dapat menyebabkan defisit migas yang semakin lebar.
Permintaan dollar AS secara alamiah akan terus meningkat. Wacana kenaikan harga BBM pun menjadi momok inflasi hingga akhir 2018.
Adapun faktor deflasi 0,18% menunjukkan konsumsi rumah tangga melambat. Akibatnya outlook ekonomi Indonesia memburuk. "Rupiah bisa terus berada di level Rp15.000. Tetapi tergantung seberapa besar devisa yang dikeluarkan BI hari ini," ujarnya.
Kondisi eksternal diperparah oleh deadlock anggaran belanja pemerintah Italia. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan di daerah Uni Eropa pascakrisis utang pada 2013 lalu. Ditambah ketidakpastian Brexit di bawah pemerintahan Theresa May menimbulkan pelemahan Euro terhadap dollar AS sebesar 1,29% seminggu terakhir.
Pada pekan ini AS akan mengumumkan data tenaga kerja. Sebelumnya pada Agustus, jumlah lapangan kerja baru yang berhasil tercipta sebanyak 201.000 orang. Diprediksi lapangan kerja bulan September kembali mencatatkan kenaikan di atas 180.000 orang. Alhasil pengangguran di AS turun ke 3,8% atau terendah dalam 18 tahun terakhir. Situasi ini menciptakan spekulasi terhadap kenaikan Fed rate yang lebih cepat dari prediksi awal.
Dollar Index yang merupakan perbandingan dollar AS terhadap mata uang lainnya mencapai level 95. Kenaikan Dollar Index jadi sinyal tren super dollar berlanjut dan menghantam mata uang negara berkembang.
Pidato pemimpin Negara di PBB tentang bahaya perang dagang khususnya yang disampaikan oleh Wang Yi, Menlu China menjadi peringatan akan memburuknya volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global hingga tahun depan.
Dari dalam negeri, pengumuman terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke III 2018 oleh BPS yang diprediksi akan berada di kisaran 5,1% atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Bank Indonesia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di bawah 5,2%. Kekhawatiran ini berdasarkan pada stagnannya konsumsi, menurunnya kinerja investasi dan net ekspor.
"Pelaku pasar juga mencermati efek pengumuman inflasi September yang tercatat deflasi 0,18%. Deflasi menunjukkan konsumsi rumah tangga yang melambat.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah, menambahkan, sumber tekanan terhadap rupiah masih sama. Yaitu, ketidakpastian di perekonomian global yang diperburuk oleh kondisi domestik di mana Indonesia mengalami Defisit transaksi berjalan (current account defisit/CAD).
"Masih itu. Jadi sangat tidak mengejutkan kalau hari ini rupiah melemah dan menembus Rp15.000 per dollar AS. Rupiah selama sebulan ini bertahan di bawah Rp15.000 per dollar AS disebabkan intervensi BI. Tanpa intervensi BI, rupiah sudah melemah di atas Rp15.000," papar dia.