Saat kasus Covid-19 muncul di Indonesia, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan agar rantai penularan Covid-19 dapat ditekan. Sejak itu, sektor bisnis mulai merasakan dampak yang parah akibat situasi pandemi. Sektor pariwisata, pelayanan, dan industri penerbangan sangat terpukul di tahap awal, diikuti oleh sektor lain, termasuk properti.
Dalam laporan penelitian Savills berjudul "Spotlight Retail Jakarta" memaparkan, kesulitan ekonomi saat ini dapat memicu penjualan aset noninti dari pengembang atau pemilik proyek, yang dapat dilihat sebagai peluang langka bagi investor untuk memperoleh aset pada tingkat tertekan.
Kendati demikian, karena bisnis akan terus dipengaruhi oleh pandemi selama beberapa bulan atau kuartal mendatang, para pengembang dan pemilik lahan didorong untuk mengambil tindakan pencegahan. Juga mempertahankan inovasi yang lebih efektif di berbagai aspek bisnis agar para pembeli tertarik pada proyek mereka.
Penelitian itu menyebutkan bahwa pasar properti ritel di Jakarta melambat mulai 2020 dan semakin memburuk dengan adanya wabah Covid-19. Sementara itu, hanya satu proyek akhirnya selesai pada kuartal pertama 2020, yaitu Elysee di kompleks Sudirman Center Business District (SCBD).
Proyek baru (sekitar 7.500 meter persegi) menargetkan kalangan karyawan dan profesional yang bekerja di gedung perkantoran sekitar area Sudirman. Dengan tambahan ruang dari Elysee, stok properti ritel di Jakarta sekarang berjumlah sekitar 3,1 juta meter persegi.
Gangguan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, berdampak pada sektor properti ritel di Jakarta, baik dari jadwal penawaran maupun dinamika permintaan yang cenderung mengalami perlambatan sementara.
Di sisi penawaran, Savills melihat beberapa pembukaan proyek akan ditunda karena pandemi. Para pengembang cenderung menunggu waktu yang lebih baik untuk membuka mal mereka. Sejumlah proyek besar dijadwalkan untuk penyelesaian tahun ini yang meliputi Pondok Indah Mal 3, AEON Mal South Gate, Holland Village, Green Sedayu Mal, termasuk Senayan Park yang sudah masuk tahap penyelesaian. Namun, dengan situasi yang tidak pasti, tak heran jika jadwal pembukaan beberapa mal tersebut akan ditunda sampai tahun depan.
Kendati begitu riset Savills juga menyebut, sektor properti ritel di Indonesia akan terus menarik minat investor basis populasi yang besar dan kenaikan kelas menengah. Tumbuhnya minat investor untuk memperoleh mal di Indonesia cukup mencuri banyak perhatian pada 2019. Hadirnya penawaran-penawaran penting termasuk NWP Retail (Nirvana Wastu Pratama), platform ritel independen terbesar Indonesia yang didukung oleh Warburg Pincus, mengambil alih mal Lippo Group.
NWP menandatangani perjanjian jual beli bersyarat untuk membeli lima mal yang berlokasi di seluruh negeri pada 2019 dengan harga yang dilaporkan sebesar Rp1,8 triliun. Kesepakatan ini menandai peningkatan partisipasi operator internasional di pasar properti ritel Indonesia-setelah ekspansi pengembang ritel Korea dan Jepang.
Ke depannya, properti ritel Jakarta diekspektasikan akan lebih dinamis dan inovatif. Sektor F&B juga cenderung tetap populer dan meningkat, serta lebih banyak investor yang mempertimbangkan Indonesia sebagai tujuan yang sangat potensial.