Supply Chain Indonesia (SCI) memprediksi pertumbuhan sektor pergudangan akan meningkat menjadi Rp147,5 triliun sepanjang 2019, atau berkontribusi 12,49% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Capaian ini meningkat dari tahun lalu dengan kontribusi ke PDB sebesar 0,92%.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan prediksi SCI itu sesuai dengan data pertumbuhan industri dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan I-2019.
“Untuk industri manufaktur besar dan sedang (IBS), misalnya, BPS mencatat pertumbuhan produksi naik 4,45% dibandingkan triwulan I-2018,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (14/5).
Untuk pertumbuhannya, IBS didominasi oleh Industri Pakaian Jadi yang tumbuh tertinggi sebesar 29,19%, diikuti Industri Pengolahan Tembakau (17,19%), Industri Furnitur (12,92%), Industri Tekstil (8,77%), Industri Kertas dan Barang dari Kertas (8,20%), Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia (7,77%), dan Industri Makanan (1,36%).
Sementara itu, Direktur Utama PT Multi Inti Digital Logistik, Subhan Novianda menyebut peningkatan kebutuhan gudang didorong berbagai faktor.
“Peningkatan bisnis e-commerce, kemudahan dalam aktivitas impor dan desentralisasi distribusi barang, jadi faktor pendorong,” ujaranya.
Subhan menjelaskan perlunya peningkatan efisiensi dan efektivitas pergudangan dengan memanfaatkan teknologi informasi.
“Dengan penerapan warehouse management system (WMS), misalnya, proses operasional di gudang akan dapat memenuhi tuntutan kecepatan, keakuratan, dan efisiensi proses logistik dalam mata rantai pasok,” ucapnya.
Sementara itu, sektor pergudangan pada 2018 mengalami penurunan dari periode sebelumnya. Menurut Setijadi, hal ini terjadi karena perlambatan pertumbuhan sektor non migas yang berdampak pada turunnya kontribusi sektor pergudangan terhadap PDB.
“Pada tahun 2018, pertumbuhan sektor ini sebesar 9,52%, sedangkan pada tahun 2017 pertumbuhan mencapai 14,35%,” katanya, Selasa (14/5).
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi sektor pergudangan pada tahun 2018 mencapai Rp 131,1 triliun atau 0,88% dari Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu, Rp 14.837,36 triliun.