PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) diklaim mampu menjaga stabilitias kinerja bahkan membukukan pertumbuhan di atas rata-rata industri. Sebab, total asetnya mencapai Rp25,2 triliun pada semester I-2023 atau tumbuh 38,8% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan itu disebut sejalan dengan naiknya piutang bersih (net receivables) 31,8% yoy senilai Rp21 triliun.
Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono, menyampaikan, performa tersebut didukung pertumbuhan kekondusifan ekonomi domestik. Karenanya, sektor multifinance bergerak positif di tengah meningkatnya permintaan masyarakat dalam mendapatkan kemudahan fasilitas pembiayaan.
Demikian pula kinerja perekonomian nasional, termasuk sektor riil. Menurutnya, perekonomian nasional positif diiringi meredanya tekanan inflasi dan kembali ke rentang target Bank Indonesia (BI).
"Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan aset, profitabilitas, dan rasio keuangan lainnya secara tahunan tetap terjaga baik. Hal ini menunjukkan bahwa BFI Finance mampu menjawab segala tantangan dan dinamika yang terjadi. Sejak 2011 hingga saat ini, perusahaan telah tumbuh lebih dari 5 kali lipat secara aset, revenue, dan ekuitas," tuturnya dalam keterangannya, Rabu (26/7).
Dalam 6 bulan pertama 2023, lanjut Sudjono, BFI Finance mencatat nilai pembiayaan baru sebesar Rp10,3 triliun atau naik 20,8% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sebesar 61% di antaranya digunakan untuk pembiayaan modal kerja, disusul multiguna 22,6%, investasi 14,5%, dan syariah 1,9%.
Ia menambahkan, BFI Finance tetap konsisten menjaga risiko kredit yang relatif rendah. Ini terlihat dari tingkat pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) neto terjaga di 0,79% per Juni 2023, sedangkan NPF bruto di level 1,94%.
Rasio tersebut lebih baik daripada NPF bruto rata-rata industri pembiayaan sebesar 2,63% per Mei 2023. NPF coverage (besaran tingkat cadangan piutang dibandingkan NPF) terhitung mencapai 2,3 kali.
Return on asset (RoA) dan return on equity (RoE) BFI Finance juga berada di posisi 8,7% dan 18,6%. Angka itu, jika disandingkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), lebih tinggi dibandingkan rerata industri dengan angka RoA 5,73% dan RoE 14,86% pada akhir Mei 2023.
"Portofolio produk pembiayaan BFI Finance masih didominasi oleh refinancing atau pembiayaan dengan collateral (jaminan), di mana bisnis ini telah dijalankan perusahaan selama lebih dari 15 tahun," katanya.
Adapun total piutang pembiayaan yang dikelola (managed receivables) BFI Finance senilai Rp22,4 triliun. Ia terdiri dari pembiayaan berjaminan kendaraan roda empat 56,5%, alat berat dan permesinan 13,5%, pembiayaan pembelian kendaraan roda empat bekas dan baru masing-masing 9% dan 2,9%, pembiayaan berjaminan kendaraan roda dua 10,9%, pembiayaan berjaminan sertifikat rumah/ruko 3,9%, serta pembiayaan berbasis syariah 3,3%.
Hingga semester I-2023, laba bersih BFI Finance yang dilaporkan sebesar Rp848,4 miliar dengan total pendapatan Rp3,2 triliun atau naik 30,3% yoy. "Pertumbuhan pendapatan ini dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran pembiayaan dan sumber pendanaan yang lebih kompetitif," ucap Sudjono.
Ia melanjutkan, sumber pendanaan BFI Finance terbesar berasal dari pinjaman bank mata uang rupiah serta surat utang (bonds). Selama semester I-2023, emiten menerbitkan 3 kali obligasi rupiah dengan total nilai emisi Rp3,8 triliun.
Sejalan dengan kuatnya komitmen menjadi mitra kerja yang menguntungkan dan tepercaya, BFI Finance juga membagikan dividen senilai Rp902 miliar atau setara Rp60 per lembar saham dari laba bersih 2022. "Kami tetap optimis mencapai pertumbuhan sesuai target hingga akhir tahun dengan tetap mengedepankan manajemen risiko yang baik dan prinsip kehati-hatian," tandas Sudjono.