PT Sharp Electronic Indonesia (SEID) merealisasikan pemindahan pabrik mesin cuci dari Thailand ke Karawang International Industrial City (KIIC). Relokasi pabrik ini juga ditandai dengan peresmian lini produksi oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
“Indonesia merupakan salah satu negara terpenting bagi Sharp. Kami sudah 50 tahun di Indonesia dan untuk semua kategori elektronik berhasil mencapai pangsa pasar nomor satu,” kata Executive Managing Officer Yoshihiro Hashimoto SEID di Karawang, Selasa (16/7).
Dengan demikian, Sharp menghentikan produksi mesin cucinya di Thailand, kendati produk lain, seperti pendingin ruangan dan microwave masih beroperasi.
Hashimoto menyampaikan, pembangunan lini produksi baru produk mesin cuci otomatis satu tabung juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi elektronik asal Jepang ini di Indonesia.
“Awalnya pabrik kami di Karawang hanya lini mesin cuci kecil, kemudian bertambah ada lemari es, televise. Kami ingin membuat basis produksi di Indonesia,” ujar Hashimoto.
Berdiri di atas lahan 307.336 meter persegi, pabrik Sharp di KIIC memproduksi berbagai macam produk elektronika, yakni 1,2 juta televisi, 1,2 juta lemari es, dan 1,1 juta mesin cuci setiap tahunnya.
National Sales Senior General Manager Andry Adi Utomo menyampaikan, pangsa pasar Sharp untuk lemari es di Indonesia mencapai 28,7% dan 27,9% untuk pendingin ruangan.
Sedangkan, Sharp menguasai 25,1% pasar mesin cuci dan 22,9% untuk pasar televisi berteknologi LED.
Dengan adanya lini produksi baru, maka kapasitas produksi mesin cuci Sharp mencapai 1,4 juta hingga 1,5 juta unit per tahun.
“Market share Sharp untuk mesin cuci full auto masih rendah. Makanya mau produksi di Indonesia. Kalau impor terus tidak sehat karena pakai kurs dolar kan. Jadi kita sepakat untuk memproduksi kualitas baik dan kuantitas banyak,” ujarnya.
Peningkatan kapasitas produksi
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meminta PT Sharp Electronics Indonesia meningkatkan ekspor produk elektronik dari 3% menjadi di atas 10%.
“Kami harap jangan hanya 3%, tapi mencapai double digit. Terlebih sudah mengoperasikan lini produksi baru untuk mesin cuci satu tabung,” ujar Airlangga.
Airlangga menambahkan, pemerintah saat ini sangat serius dalam hal pengelolaan dan perbaikan iklim usaha industri. Berbagai kebijakan untuk mendukung hal tersebut sudah dikeluarkan.
“Saya berpendapat, tentunya tidak ada lagi keraguan untuk terus melakukan aktivitas investasi dan perluasan industri di Indonesia,” ujarnya.
Dalam hal ini, SEID membidik peningkatan ekspor hingga 30% untuk berbagai produk elektronika yang diproduksi di Karawang International Industrial City (KIIC) hingga 2021.
“Target awal kami meningkat 10 persen tahun ini, kemudian 20 persen tahun depan dan bertahap hingga 30 persen pada 2021,” kata Andry.
Menurut Andry, Sharp melancarkan beberapa strategi untuk mewujudkan ekspor hingga dua angka, salah satunya adalah memperkuat divisi ekspor perusahaan.
“Kami mengangkat manajer untuk ekspor dan bermain digital marketing. Jadi, kami lebih agresif menjemput bola dengan mengunjungi negara-negara yang dibidik menjadi tujuan ekspor sebanyak-banyaknya,” kata Andry.
Beberapa negara yang dibidik sebagai tujuan ekspor Sharp Indonesia yaitu Malaysia dan Timur Tengah.
Menurut Andry, produk mesin cuci akan memiliki kapasitas ekspor lebih besar ketimbang produk elektronika lainnya.