close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Foto YouTube BKPM
icon caption
Menteri Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Foto YouTube BKPM
Bisnis
Senin, 24 Oktober 2022 14:07

Ini siasat Bahlil untuk waspadai ketegangan politik antarnegara

Indonesia harus berani menghadapi ketegangan di berbagai negara dan mengubahnya menjadi peluang.
swipe

Ancaman konflik geopolitik dan ketegangan politik di antara beberapa negara saat ini mulai terjadi. Perang Rusia dan Ukraina yang belum usai bahkan ikut menjadi faktor pemicu ketidakstabilan ekonomi. Sekarang mulai disusul dengan ketegangan yang dirasakan antara China dengan Taiwan, serta Korea Utara-Korea Selatan-Jepang dengan Amerika Serikat (AS). Ancaman ketegangan politik tersebut menurut Menteri Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, harus diwaspadai dan dipersiapkan oleh Indonesia.

Bahlil mengungkapkan, walau perang terjadi jauh dari wilayah Indonesia, namun besar kemungkinan Indonesia akan merasakan dampaknya terutama di bidang ekonomi. Sehingga menurutnya, Indonesia harus berani menghadapi ketegangan tersebut dan mengubahnya menjadi peluang.

“Kalau ada masalah (negara-negara berkonflik) di situ ada peluang. Di situ dibutuhkan ketajaman kita dalam bagaimana mengentertain mereka, mengomunikasikan yang baik agar kita bisa menyatu dalam perspektif permasalahan mereka dan kita bisa memberikan solusi,” kata Bahlil dalam konferensi pers “Realisasi Investasi Triwulan III 2022” di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Senin (24/10).

“Kita datangi mereka, kita ajak ngobrol, seolah-olah kita bagian dari partner mereka. Dengan begitu, orang akan jatuh hati kepada negara kita,” tambahnya.

Dengan kemampuan Indonesia mengomunikasikan negara yang berkonflik, menurut Bahlil hal tersebut akan berpengaruh lebih lanjut dengan meningkatnya investasi asing di Indonesia.

Kemudian berkaitan dengan perang Rusia-Ukraina, Bahlil menegaskan, agar Indonesia tidak “masa bodo” dengan hal tersebut. Ini karena dampak ekonomi yang dirasakan Indonesia cukup besar. Adanya konflik dua negara ini memberikan keuntungan bagi negara-negara di dunia penghasil minyak, antara lain Rusia dan Uni Emirates Arab (UEA).

“Karena Rusia tidak bisa dimaksimalkan produksi minyaknya, kemudian UEA menurunkan produksinya. Arahnya ke mana ini? Ya menaikkan harga minyak karena ada hukum penawaran dan permintaan,” terang Bahlil.

Atas hal tersebut, Bahlil mengimbau agar Indonesia tidak terkecoh bahwa perang hanya berfokus pada kedaulatan negara. Indonesia kata Bahlil, termasuk negara yang dirugikan, karena selama ini Indonesia hanya mampu menghasilkan minyak mentah pada Juli 2022 per harinya sebanyak 616, 6 ribu barel (BOPD). Sedangkan Bahlil menyebut konsumsi minyak Indonesia mencapai 1,5 juta barel per hari (BOPD), sehingga sisa konsumsi yang tidak terpenuhi diperoleh dari impor minyak.

“Semakin besar kita impor minyak, semakin besar dampak perang Ukraina-Rusia ke Indonesia. Ini bukan kacang goreng ya,” tegas Bahlil. 

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan