close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.
Bisnis
Minggu, 26 November 2023 09:22

Sisi lain pinjol: Dana produktif yang bantu UMKM

Tak hanya pinjaman konsumtif, pinjol juga membantu UMKM ekspansi bisnis.
swipe

Platform financial technology (fintech) peer to peer (P2P) lending mulai dikenal sejak lima tahun terakhir. Namun, P2P lending yang lebih dikenal pinjaman online atau pinjol seringkali mendapat citra negatif.

Pinjaman online lewat platform fintech selama ini memang dikenal kontroversial. Bagaimana tidak, bunganya yang tinggi dan penagihan yang tidak manusiawi kerap membuat nasabah frustasi, bahkan hingga bunuh diri. Padahal, beberapa platform fintech P2P lending tersebut adalah ilegal alias tidak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Menurut perencana keuangan Lolita Setyawati awal mula inovasi fintech P2P lending sebenarnya adalah untuk membantu UMKM melebarkan usahanya dengan pinjaman produktif yang cepat dan tidak rumit. “Tapi masyarakat sekarang lebih (menggunakan pinjol) ke konsumtif mungkin karena gaya hidup akhirnya tergoda untuk hal-hal seperti itu dan membuat konotasi negatif,” katanya, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Dia menuturkan awal pembentukan platform fintech P2P lending untuk membantu UMKM agar produk dalam negeri lebih berkembang dibanding produk luar negeri. “Tapi karena kebutuhan masyarakat butuh konsumtif akhirnya ditambah lah untuk konsumtif, mungkin karena literasi masyarakat kurang dikiranya untuk konsumsi aja,” bebernya.

Meski lebih mudah dan cepat, UMKM yang ingin mengajukan pinjaman ke P2P lending pun harus memenuhi berbagai persyaratan.  Utamanya, UMKM harus memiliki pencatatan keuangan atau laporan keuangan yang lengkap dan rapi. Kemudian, plafon atau nilai pinjaman, jangka waktu, serta bunga akan disesuaikan dengan hasil analisis laporan keuangan UMKM. 

“Jadi enggak bisa sembarangan dapat pinjaman,” tegasnya.

Hingga 3 Oktober 2023, terdapat 101 P2P lending lending yang terdaftar di OJK. Menurutnya, tidak semua UMKM bankable sehingga sulit mendapatkan bantuan pinjaman permodalan dari bank karena syaratnya banyak, rumit, dan prosesnya lama. 

“Padahal butuh suntikan modal cepat. Kalau P2P lending syarat-syaratnya enggak sesulit di bank. Di P2P ada dua pihak pemberi dan penerima pinjaman jadi hubungannya simbiosis mutualisme,” ungkapnya.

Tak hanya membantu perputaran modal UMKM, P2P lending juga bisa menguntungkan sebagai instrumen investasi. Dia menyebutkan saat ini imbal hasil deposito di kisaran 3%, instrumen lainnya 7-8%, tapi sebagai lender P2P lending bisa mendapatkan imbal hasil lebih dari itu.

Lolos pandemi

Kisah UMKM dan pinjol pun diungkapkan Proza yang memulai usaha coffee shop sejak 2016 silam. Kala itu, bisnis kopi sedang dalam kondisi terbaiknya sebelum akhirnya terpukul pandemi Covid-19. Saat pandemi mendera, bisnis pun tak berputar hingga sulit bayar karyawan. Akhirnya, ia mendapatkan saran untuk mengajukan pinjaman ke P2P lending alih-alih bank. 

Nasya, Proza, Hesti Purwadinata, dan Lolita Setyawati dalam talkshow yang digelar, Kamis (23/11).

“Selama buku kita bagus dan teratur pisahkan keuangan pribadi dan usaha mereka approve-nya cepat. Administrasi cepat akhirnya terbantu saat pandemi dan bisa bertahan, alhamdulillah karyawan saya enggak dirumahkan,” kata pria asal Aceh ini.

Pinjaman itu sendiri sudah selesai dalam dua tahun. Kini, bisnis yang bermula dari hobi ngopi ini akhirnya bisa bertahan dan ekspansi dengan total 8 cabang di Jakarta, Semarang, dan Cirebon. “Pinjaman sesuai kebutuhan aja, digunakan untuk modal kerja. Di F and B (food and beverages) untuk buka satu cabang baru, gudang harus nambah stok, makin besar, gudang besar harus ready bahan bakunya,” beber owner Katalogue Kopi ini.

Ke depan, Proza mengatakan tantangan bisnis kopi tak pernah hilang seiring semakin banyaknya kompetitor. Karenanya kunci bisnis bertahan, kata dia, adalah inovasi dan diferensiasi.

Kisah senada juga dibagikan Nasya yang akhirnya memutuskan resign dari pekerjaan di sektor ritel demi membangun usaha. Brand Allura yang ia lahirkan tahun 2011 silam semula hanya fokus pada aksesoris saja namun kini merambah fashion and living. Bermula dari hobi, Nasya pun kian mantab mengembangkan usaha yang semula online dan mulai membuka gerai offline pertamanya di kawasan Antasari, Jakarta Selatan.

“Saya akhirnya resign tahun lalu, karena pada akhirnya harus memilih,” katanya saat berbincang dengan Alinea.id, beberapa waktu lalu.

Allura merintis aksesoris scarf printing yang menjadi pionir saat 2011 silam. Setelahnya, inovasi hijab printing pun mulai bermunculan. Namun, Nasya terus berinovasi demi menciptakan diferensiasi pada produk-produknya yang fokus pada handmade seperti bros.

“Saya kerja sama dengan seniman dan beli license lukisan yang sesuai dengan tema Allura,” bebernya. 

Tantangan terbesar, kata dia, adalah persaingan bisnis dengan brand lain yang banyak bermunculan. Selain itu,untuk ekspansi bisnis Nasya pun terkendala modal. Meski awalnya menggunakan tabungan pribadi, ia akhirnya merasa ruang gerak terbatas dengan minimnya modal. 

“Aku berpartner sama temen dan diskusi butuh solusi permodalan salah satunya dengan kerja sama P2P untuk ruang ekspansi bisnis,” ungkapnya.

Menurutnya, selain mendapat permodalan, kerja sama dengan pinjol juga membuat bisnis lebih terencana dan terukur. “Karena perusahaan juga harus siap butuhnya apa mau bikin apa, dapat duit buat apa,” bebernya.

Bisnis artis

Adapun selebritas Hesti Purwadinata juga menggunakan pinjol dengan jangka waktu pinjaman selama setahun untuk ekspansi bisnis parfum Hipnoza miliknya. Pinjaman tersebut akan digunakan karena brand parfum tersebut ingin melebarkan sayap ke varian lain seperti diffuser dan candle.

“Kita butuh suntikan dana lebih cepat karena harus produksi varian terbaru buat awal 2024 besok,” katanya.

Meski masih aktif di dunia entertainment, komedian ini menyadari dirinya tidak bisa selamanya syuting. Karenanya, salah satu bisnis yang dipilih adalah parfum di bidang beauty dengan partner terpercaya. Ia mengaku benar-benar terlibat langsung dalam setiap proses produksi.

Struggle-nya lumayan ketika dirintis belum capai satu tahun responnya bagus tapi kita punya kendala background bukan di beauty,” sebutnya.

Menurutnya, memilih platform pinjol sangat mudah yakni harus yang terdaftar di OJK dan terpercaya. Sisi lainnya, pinjol akan memberikan bantuan pembinaan bagi UMKM dalam rencana bisnisnya. “Dia enggak biarin orang sampai enggak bayar,” selorohnya.

img
Kartika Runiasari
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan