Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi dalam skenario terburuk akibat Covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai minus 0,4% hingga 2,3%. Hal ini disebabkan sejumlah indikator pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengalami tekanan.
"Berdasarkan assesment yang tadi kita lihat, maka Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Kementerian Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi turun ke 2,3%, bahkan dalam skenario terburuk bisa -0,4%," katanya dalam video conference, Jakarta, Rabu (1/4).
Sri Mulyani mengungkapkan konsumsi rumah tangga (RT) yang selama ini menjadi penopang perekonomian juga akan turun di kisaran 3,23% di skenario buruk, dan anjlok di 1,6% di skenario terburuknya. Angka ini jauh dari target 5% di pagu anggaran 2020.
Pasalnya, dalam kondisi saat ini, sektor rumah tangga mengalami dampak yang paling besar karena tidak adanya aktivitas perekonomian yang berjalan dan konsumsi berkurang.
"Sektor rumah tangga yang kita perkirakan akan mengalami penurunan cukup besar dari sisi konsumsi karena mereka tidak lagi melakukan aktivitas di luar rumah sehingga konsumsi akan menurun cukup tajam," ucapnya.
Sementara, sektor usaha mikro, keci, dan menengah (UMKM) akan terkena dampak yang paling besar dari stagnansi perekonomian. Kondisi ini, kata Sri, berbeda dari krisis 1998 di mana UMKM masih dapat bertahan.
"Tahun 1997-1998 UMKM justru masih risilient tapi dalam Covid-19 ini terpukul paling depan karena tidak ada kegiatan masyarakat," tambahnya.
Sementara, pemerintah berupaya menggenjot konsumsi pemerintah menjadi 6,83% di skenario buruk dan menjadi 3,73% di skenario terburuk, dari sebelumnya sebesar 4,3% dalam target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Dalam hal ini akan kita pertahankan oleh karena itu defisitnya meningkat, investasi akan merosot dari pertumbuhan yang tadinya kita perkirakan ada di 6% merosot ke 1% atau bahkan negatif 4%," ujarnya.
Lebih lanjut, Sri menuturkan, ekspor-impor juga akan mengalami tekanan yang semakin dalam. Laju ekspor dalam skenario buruk akan tumbuh minus 14% dan minus 15,60% di skenario terburuk. Untuk impor akan tumbuh minus 14,5% di skenario buruk dan minus 16,65% di skenario terburuk.