Ekonom Achmad Nur Hidayat menilai, gencarnya pembangunan infrastruktur pada rezim pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tidak meningkatkan kinerja logistik nasional. Pangkalnya, skor Logistics Performance Index (LPI) Indonesia pada 2023 turun ke 3,15.
Menurutnya, angkat tersebut tertinggal jauh daripada negara tetangga, Singapura, yang beradaa di peringkat pertama dengan skor 4,3 dan Jepang di posisi ke-15 dengan skor 3,9. Padahal, publik "dijejali propaganda" keberhasilan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan, terutama yang berbayar seperti jalan tol.
"Namun, justru hal ini dianggap salah arah karena keberadaannya infrastruktur berbayar, seperti jalan tol, ini tidak mampu meningkatkan akselerasi logistik dan justru membuat ongkos logistik semakin mahal," katanya dalam keterangannya, Sabtu (22/7).
ANH, sapaannya, mengakui bahwa rezim Jokowi gencar membangun jalan tol. Bahkan, sesuai data BPJT Kementerian PUPR, mencapai sepanjang 1.848,1 km rentang Oktober 2014-Maret 2023. Angka itu naik signifikan dibandingkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang cuma 212 km pada 2004-2014.
Kendati demikian, ia mengingatkan, publik harus menanggung konsekuensi dari ribuan jalan tol yang terbangun tersebut. Utamanya adalah beban utang. "Serta tidak memberikan dampak positif pada peningkatan LPI."
ANH berpendapat, kian mahalnya biaya logistik dan turunnya skor LPI Indonesia menunjukkan kebijakan infrastruktur pemerintah salah arah. Pun berdampak hukum bagi para pengambil keputusan.
"Ini namanya 'sudah jatuh, tertimpa tangga'. Lantas, untuk siapa pembangunan infrastruktur jor-joran tersebut?" tanyanya.
Sebagai informasi, survei LPI digelar Bank Dunia dengan melibatkan 139 negara dan mengukur 6 indikator terkait dengan bisnis logistik. Yakni, kepabeanan, infrastruktur, pengiriman internasional, kompetensi dan kualitas logistik, timeline, serta pelacakan dan penelusuran (tracking and tracing).
Kendati skor kepabeanan dan infrastruktur Indonesia naik, masing-masing dari 2,67 (2018) menjadi 2,8 (2023) dan 2,9 (2023), tetapi skor pengiriman internasional dan kompetensi serta kualitas logistik merosot tajam. Skor pengiriman internasional turun dari 3,23 (2018) menjadi 3 (2023), sedangkan skor kompetensi dan kualitas logistik turun ke 2,9 (2023) dari 3,1 (2018).